Rabu 23 Mar 2016 11:45 WIB

Ihsan, SEA Games 2015, dan Taufik Hidayat

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Fernan Rahadi
Pemain tunggal putra Indonesia, Ihsan Maulana Mustofa
Foto: PBSI
Pemain tunggal putra Indonesia, Ihsan Maulana Mustofa

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini, Indonesia memiliki tiga pemain muda di sektor tunggal putra yang menjadi perbincangan dalam satu tahun terakhir. Meski jarak yang jauh dengan pendahulunya seperti Taufik Hidayat dan Tommy Sugiarto, namun tiga pemain muda ini layaknya oase yang diharapkan akan memberikan prestasi untuk Indonesia di masa depan.

Mereka adalah Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Di antara tiga pemain ini, Ihsan merupakan yang tertua dengan usia 20 tahun. Dalam daftar peringkat dunia pun, Ihsan paling baik di antara tiga pemain ini dengan berada di peringkat 31 dunia. Berbeda tiga peringkat dengan seniornya, Dionysius Hayom Rumbaka yang berada di peringkat 28 dunia.

“Kalau kata mereka, kita pemain masa depan. Kalau dari saya sih tidak terbebani, tapi malah jadi motivasi biar bisa mewujudkan. Kita optimistis saja,” kata Ihsan saat berbincang dengan Republika di Pelatnas PBSI beberapa waktu lalu.

Ihsan memang merupakan salah satu pemain muda Indonesia yang berprestasi. Saat masih menjadi pemain junior, empat kali dia menjadi juara Sirkuit Nasional (Sirnas) di tahun 2012. Pada 2013, ia ditarik masuk Pelatnas PBSI dan membuat kejutan dengan meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia Junior 2013.

Setelah itu, ia mengakui sempat mengalami penurunan performa dan kerap kurang fokus dalam menjalani pertandingan. Apalagi ia dan dua rekannya yang lain juga dipersiapkan untuk terjun di turnamen kelas senior.

Hal ini terbukti dengan diturunkannya para pemain muda di ajang SEA Games 2015. Dalam nomor tim beregu putra, pelatih menempatkannya sebagai tunggal ketiga setelah Jonatan Christie dan Firman Abdul Kholik. Dengan posisinya sebagai pemain ketiga, menjadikannya sebagai penentu kemenangan tim.

Benar saja, Ihsan begitu garang saat tampil sebagai partai penentu. Saat kedudukan 2-2 melawan Malaysia di babak semifinal, Ihsan mengalahkan pemain tunggal ketiga Malaysia, M Arif Abdul Latif dengan 21-12 dan 22-20.

Begitu juga di babak final, Ihsan juga menjadi penentu kemenangan melawan pemain tunggal ketiga tim Thailand, Suppanyu Avihingsanon. Ihsan menang dengan 20-22, 21-16 dan 21-9. Tim putra Indonesia berhasil meraih medali emas. “Di situ (SEA Games 2015) jadi titik balik saya. Saya lebih puas saat (berlaga) di final,” kenangnya.

Setelah itu, dia mendapatkan kepercayaan yang tinggi saat berlaga di turnamen kelas senior yang diikutinya. Bahkan Ihsan beberapa kali mengalahkan para pemain unggulan dunia. Sebut saja di turnamen Cina Taipei Open GPG 2015, ia mengalahkan pemain peringkat 3 dunia asal India, Srikant Kidambi di babak kedua dengan dua gim langsung.

Kemudian di babak perempat final Thailand Open GPG 2015, Ihsan mengalahkan unggulan 1 dari Korea Selatan, Son Wan Ho juga dua gim langsung. Ihsan melangkah ke babak semifinal yang menjadi puncak pencapaiannya dalam mengikuti turnamen senior.

Sayangnya, Ihsan mengalami cedera lutut kanan saat tampil di turnamen Indonesia Masters 2015 di akhir tahun tersebut. Ia mengakui tidak optimal saat tampil menjadi pemain tunggal kedua dalam kualifikasi Piala Thomas 2016 yang digelar di India. Ihsan mengalami dua kali kekalahan, termasuk saat diturunkan menjadi pemain tunggal pertama di babak final melawan Jepang.

Pekan lalu, Ihsan yang diturunkan di turnamen All England Open 2016, juga hanya sampai di babak final kualifikasi yang dikalahkan rekannya sendiri, Jonatan Christie, untuk memperebutkan tempat di babak utama turnamen bulu tangkis tertua itu.

“Sebenarnya di kualifikasi kemarin, masih membekas cedera di kaki. Nggak terlalu berasa sih, tapi persiapannya yang jadi terganggu. Ya sebenarnya sayang banget, sudah jauh-jauh ketemu teman sendiri. Apalagi di kualifikasi. Kalau ketemunya di delapan besar misalnya, nggak apa-apa,” tuturnya.

Saat ditanya idolanya di dunia bulu tangkis, Ihsan mantap menjawab dua nama pemain besar yaitu Taufik Hidayat dan Lee Chong Wei. Ia ingin suatu saat nanti bisa memiliki prestasi layaknya dua nama besar tersebut. “Kalau Taufik sudah pernah bertemu, pernah ngobrol-ngobrol juga. Kalau sama Lee Chong Wei belum pernah (bertemu),” ucap Ihsan menutup pembicaraan.

[removed][removed]

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement