REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima puluh dua tahun lalu, atau tepatnya 29 Oktober 1960, Muhammad Ali memenangkan pertandingan profesional pertamanya. Saat itu Ali belum memeluk agama Islam dan masih menggunakan nama Cassius Clay.
Saat itu yang menjadi lawan Clay ialah Tunney Hunsaker, dan Clay dinyatakan menang enam angka atas Tunney. Pascakemennagan tersebut, Clay yang saat itu baru berusia 18 tahun terus meraup kemenangan hingga akhirnya berhasil menantang juara dunia kelas berat yang saat itu berada di tangan Sonny Liston.
Pada 1964, Clay bergabung dengan Nation of Islam pimpinan Malcolm X, sebuah organisasi muslim kulit hitam di Amerika Serikat. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, ia mengganti namanya menjadi Muhammad Ali. Nama inilah yang kemudian lebih dikenal dunia.
Pada Mei 1965, ia menjalani tarung ulang dengan Liston dan berhasil mempertahankan gelar. Sampai 1967, ia berhasil mempertahankan gelar sebanyak lima kali.
Sebelum masuk Islam, Ali menjuluki dirinya dengan 'Yang Terbesar' karena ia adalah petinju terbaik pada masanya. Bahkan para pengamat olah raga mengakuinya sebagai petinju terbaik abad ini. Slogan yang melekat pada dirinya adalah, menari seperti kupu-kupu, menyengat bagai lebah.
Sejarah tinju belum pernah mengenal petinju secepat dia. Ali berlaga dengan gesit di atas ring dan memukul KO lawannya, lalu berseru dengan bangga, 'Akulah yang terbesar'.
Namun setelah masuk Islam, ia membuang julukan tersebut. Ali tak suka membanggakan diri dan bertransformasi menjadi orang yang sederhana dengan jiwa yang Islami.