REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Balai Besar Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat Provinsi Sumatra Utara mengalami 214 kali gempa dalam satu bulan terakhir.
Data yang Balai Besar Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah 1 Medan, Rabu (15/2), gempa tersebut umumnya terjadi di tiga daerah yakni Kabupaten Deliserdang, Karo, dan Kepulauan Nias. Dengan kekuatan yang bervariasi, umumnya gempa tersebut terjadi pada malam, dini hari, hingga pagi hari.
Gempa yang terjadi setiap hari tersebut diawali pada 16 Januari 2017 dengan kekuatan 5,6 skala richter (SR). Getaran gempa yang bersifat tektonik itu paling banyak terjadi pada 16 Januari (22 kali), 17 Januari (27 kali), 18 Januari (24 kali), 19 Januari (26 kali), dan 14 Februari (32 kali).
Kabid Data dan Informasi Balai Besar Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah 1 Medan Syahnan di Medan, mengatakan, gempa yang sering terjadi itu merupakan aktivitas kerak bumi dangkal (shallow crustal earthquake) yang terjadi akibat aktivitas sesar aktif.
Pihaknya tidak dapat memastikan rentang waktu atau batas akhir gempa yang rutin terjadi setiap hari tersebut. Namun berdasarkan pemantauan terhadap peta tektonik setempat, BBMKG menemukan beberapa struktur sesar.
Kemudian, gempa yang terjadi itu berada di daratan sehingg tidak menimbulkan potensi tsunami. Selain itu, berdasarkan peta tingkat guncagan (shake map), gempa yang terjadi selama ini hanya maksimal III-IV MMI sehingga belum berpotensi menimbulkan kerusakan bangunan.
Meski demikian, guncangan gempa tersebut tetap dirasakan masyarakat sehingga menyebabkan warga terbangun dari tidur dan berlarian ke luar rumah. BBMKG memastikan gempa yang terjadi selama ini merupakan aktivitas tektonik dan tidak ada ciri-ciri yang yang menunjukkan kaitan dengan aktivitas vulkanik.
Karena itu, pihaknya mengharapkan masyarakat tetap tenang, serta selalu mengikuti arahan BPBD dan informasi dari BBMKG. "Jangan terpengaruh dengan isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan," ujar Syahnan.