Jumat 17 Feb 2017 16:53 WIB

Petani Cabai Gelisah Menanti Panen

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang buruh tani memanen cabai rawit di lahan pertanian Desa Perbawati, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (7/12). Dalam sepekan ini, harga cabai rawit di tingkat petani mengalami kenaikan.
Foto: Antara
Seorang buruh tani memanen cabai rawit di lahan pertanian Desa Perbawati, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (7/12). Dalam sepekan ini, harga cabai rawit di tingkat petani mengalami kenaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Hujan terus turun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tak terkecuali di Kabupaten Bantul. Meski berdampak positif bagi persawahan, kondisi ini malah mengancam keselamatan tanaman cabai. Pasalnya, cabai mudah terkena hama saat diguyur hujan terus-menerus. 

 "Kita sedang diuji. Sekarang cuacanya ekstrem," kata pemilik lahan pertanian cabai di Plebengan, Sidomulyo Bambanglipuro, Bantul, Zahrowi pada Republika.co.id, Jumat (17/2). 

Karena itu, meski sekarang harga cabai sedang meroket, ia belum tentu bisa menjamin bisa memperoleh untung besar saat panen nanti. Pasalnya biaya perawatan cabai sekarang cukup besar. 

Ditambah lagi, saat panen raya nanti harga cabai biasanya anjlok, karena suplai yang terlalu melimpah. Sehingga nilai tawar cabai di pasaran menjadi rendah. Zahrowi mengatakan, sebagai petani, dia belum bisa merasakan keuntungan di balik tingginya harga cabai. 

"Saya belum bisa panen. Jadi belum bisa jual cabai. Paling nanti panen akhir April," ujarnya. Maka itu untuk mengantisipasi kerugian, ia tidak menanami seluruh lahannya dengan cabai. Justeru kebanyakan ditanami padi dan baru akan panen sekitar pekan depan. 

Adapun luas lahan pertanian cabai milik Zahrowi saat ini hanya 1.000 meter persegi. Biasanya dengan luas tersebut, panen cabai yang diperoleh bisa mencapai enam hingga 10 kuintal. Namun dengan kondisi cuaca yang tak menentu seperti sekarang, ia tidak bisa memprediksi berapa hasil panen yang bisa diperoleh pada April mendatang.

Zahrowi sendiri berharap, nilai jual cabai tidak terjun bebas saat panen raya nanti. Sehingga ia masih bisa memperoleh keuntungan yang mampu menutupi biaya produksi pertanian. Jika tidak begitu, ia hanya bisa berpasrah. "Ya kalau hasilnya jelek, mungkin itu harus jadi bahan untuk mawas diri bagi kami," katanya.

Sebab ia meyakini, cuaca buruk yang terjadi saat ini dan mempengaruhi lahan cabainya terjadi akibat tingkah polah manusia yang melawan alam. Bukan hanya disebabkan oleh faktor perubahan iklim yang berjalan normal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement