REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Kedutaan Besar Swedia di Washington meminta Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menjelaskan pernyataan Presiden Donald Trump, yang mengisyaratkan telah terjadi semacam peristiwa keamanan di Swedia pada Jumat (17/2).
Presiden AS berbicara di unjuk rasa politik di Florida pada Sabtu (18/2), sehubungan dengan keperluan untuk Amerika Serikat yang aman, dan berkata, "Anda melihat apa yang terjadi di Jerman. Anda melihat apa yang terjadi semalam di Swedia."
"Swedia. Siapa yang akan percaya itu? Swedia. Mereka menerima dalam jumlah besar. Mereka sekarang mengalami masalah, yang pernah mereka kira akan terjadi," katanya.
Trump tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa ia menyebut Swedia, yang menyebabkan warga Swedia kebingungan. "Kami menanyakan pertanyaan itu pada hari ini kepada Departemen Luar Negeri. Kami berusaha mendapatkan kejelasan," kata Juru Bicara Menteri Luar Negeri Swedia Catarina Axelsson.
Menteri Luar Negeri Swedia Margot Wallstrom rupanya menanggapi di akun Twitter merujuk pada istilah "situasi tertentu", yang diikuti dengan cuplikan dari pidatonya di parlemen pekan lalu tentang kebijakan luar negeri Swedia.
Cuplikan itu berbunyi, pada 2016, "post-truth" dinobatkan sebagai Kata Tahun Ini oleh Kamus Oxford dan agar demokrasi dan kerja sama berfungsi baik antarnegara, maka diperlukan saling tukar pandangan, bukan saling kritik, saling menghormati perjanjian dan membiarkan pemikiran bersaing. Diperlukan juga penghormatan pada ilmu pengetahuan, kenyataan dan media dan mengakui setiap pandangan satu sama lain.
Post-truth adalah kata sifat, yang berarti keadaan saat daya tarik emosional lebih berpengaruh dalam membentuk pendapat umum daripada kenyataan jelas. Banyak warga Swedia yang menggunakan Twitter untuk mengolok-olok komentar Trump dengan menggunakan tanda pagar #LastNightInSweden atau tadi malam di Swedia.
Mantan Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt juga menggunakan Twitter untuk menyampaikan pertanyaannya. Ia menulis, "Swedia? Serangan teror? Apa yang dia hisap? Pertanyaan melimpah."
Sebelumnya, pernyataan Trump juga memancing kontroversi ketika ia mengecam lima organisasi media utama di negeri tersebut sebagai musuh rakyat Amerika. "Media FAKE NEWS (gagal @nytimes, @NBCNews, @ABC, @CBS, @CNN) bukan musuh saya, itu adalah musuh Rakyat Amerika!" Trump berkicau di akun Twitter-nya.
Ia mengunggah dan kemudian dengan cepat menghapus versi itu, dengan menghapuskan ABC serta CBS. Cicitan Trump tersebut disiarkan sehari setelah taklimat tunggal pertama Trump di Gedung Putih. Pada saat itu, ia mengecam media AS sebagai berita sangat palsu dan tak terkendali dan pada saat sama membantah laporan media mengenai kekacauan di Gedung Putih serta dugaan hubungan, yang mungkin dilakukan, timnya dengan Rusia.