Jumat 24 Feb 2017 02:05 WIB

Dampak Berita Hoax, Rasisme di Jerman Meningkat

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ilham
Melawan Hoax. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Melawan Hoax. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah surat kabar populer di Jerman, Bild pada bulan lalu memberitakan ada segerombolan orang Arab yang mengamuk di jalan dan melakukan penyerangan seksual kepada para perempuan di Frankfurt. Kabar tersebut membuat rasisme di kalangan masyarakat Jerman meningkat drastis.

Padahal, polisi setempat menyatakan, setelah diselidiki kabar tersebut tak berdasar. Tidak ada catatan penyerangan apapun. Berita tersebut hanya mengandalkan sepenuhnya pada wawancara dengan pemilik restoran dan satu perempuan, yang motifnya untuk menciptakan tuduhan, dan ini masih belum jelas.

Editor Bild mungkin berekspektasi untuk memecahkan cerita yang mirip dengan salah satu kejadian yang muncul lebih dari setahun sebelumnya. Ketika beberapa pria, yang diidentifikasi sebagai orang Afrika Utara dan Arab, menyerang wanita pada perayaan malam tahun baru di Cologne. Bild mengklaim, lebih dari 100 pengaduan yang diajukan oleh wanita yang mengaku diteror.

Seperti dilaporkan New York Times, Kamis (23/2), seorang pria berkulit hitam yang sudah tinggal di Berlin selama 2,5 tahun mengaku akhir-akhir ini stereotip di masyarakat menajam. Ia mengaku mendapatkan intimidasi secara verbal, bahkan serangan fisik. 

Ia kemudian menceritakan seorang temannya yang juga menjadi korban rasisme, saat temannya tidak bergegas ketika hendak keluar dari taksi. Sopir taksi yang tidak sabar kemudian memukulinya di pinggir jalan. Namun, orang-orang di sekitarnya hanya melihatnya, tak ada satupun yang menolongnya. 

Jerman dikenal sebagai negara yang paling ramah terhadap imigran. Protes terhadap rasisme, terutama di ibu kota, sering kuat. Apalagi, Kanselir Angela Merkel yang menerima banyak pengungsi dari Suriah. Bahkan, banyak relawan yang memberikan bantuan perawatan kesehatan, nasihat hukum dan kelas bahasa. 

"Itu adalah Jerman yang merangkul saya, sebagai pendatang baru membuat jauh lebih istimewa," katanya mengenang Jerman yang ia kenal selama ini. 

Meskipun Jerman memiliki populasi warga Turki yang besar, orang kulit berwarna tidak diwakili secara luas di media. Apalagi, di tingkat yang lebih tinggi dari pelayanan publik atau di dunia usaha. Sejarah orang kulit hitam, meskipun peregangan sudah digaungkan sejak ratusan tahun, sering tidak diakui, yang mengarah kepada persepsi dan tidak adil dari mereka sebagai orang luar. 

Akibatnya, banyak orang kulit putih di Jerman menyambut dengan kecurigaan terhadap orang kulit berwarna. Selain Bild, ada pula Breitbart News, situs berita yang menyukai supremasi bangsa kulit putih. Media tersebut dikenal sering menjajakan kebohongan yang sama. 

Pada bulan lalu, media itu menerbitkan kebohongan bahwa sekelompok pria Muslim telah membakar sebuah gereja di kota Dortmund, Jerman. Dan sekarang mereka berencana untuk mendirikan kantor di Jerman setelah pemilu nasional pada bulan September.

"Saya hanya bisa berharap bahwa ambisinya tidak akan menemukan tanah yang subur," ujar pria berkulit hitam yang tak menyebutkan namanya itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement