Selasa 28 Feb 2017 21:17 WIB

Jusuf Kalla Dorong Pertumbuhan Ekonomi Umat Islam

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Ilham
Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Wakil Presiden Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla mendorong lembaga pendidikan terutama di tingkat perguruan tinggi Islam untuk menumbuhkan generasi baru di bidang kewirausahaan. Hal ini dalam rangka menciptakan keadilan dan menurunkan kesenjangan sosial ekonomi di kalangan masyarakat. 

Jusuf Kalla mengingatkan, Indonesia tidak kekurangan politisi maupun birokrasi, namun kekurangan kemampuan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan kemampuan kewirausahaan umat yang kuat disamping penguasaan ilmu dan teknologi. Sebab, tanpa hal tersebut, maka akan terjadi ketimpangan yang besar di Indonesia.

"Ketimpangan itu yang harus kita perbaiki, baik dari sisi pendidikan serta semangatnya. Tanpa kemampuan itu maka kita akan ketinggalan," ujar Jusuf Kalla ketika menyampaikan Kuliah Umum di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Selasa (28/2).

Jusuf Kalla menegaskan, suatu negara akan dihormati karena kemajuannya dan bukan dari latar belakang sejarahnya. Dia mencontohkan, pada saat Cina miskin tidak dihargai, tapi ketika sudah berubah menjadi kaya semua orang menghormati. Sama halnya dengan Amerika Serikat yang dihormati karena kemampuannya. Oleh karena itu, pada generasi muda harus berpikir untuk meningkatkan kemajuan bangsa melalui semangat kebersamaan dan pengetahuan. 

Dalam hal ini pendidikan menjadi bagian utama dari kemajuan. Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim semestinya bisa meningkatkan ekonomi umat. Akan tetapi pada kenyataaannya, dari sisi ekonomi umat Muslim di Indonesia justru menjadi minoritas dalam mayoritas. 

Dilihat dari sejarahnya, Islam di Indonesia lebih moderat dibandingkan dengan negara-negara Islam lainnya. Sebab, Islam di Indonesia dibawa oleh para ulama yang berdagang. Bahkan, sejarah pendiri dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah juga berlatar belakang sebagai pedagang. 

"Nikah adalah sunah Rasul, padahal Rasulullah sebelum nikah, pedagang dulu. Artinya perdagangan juga sunah Rasulullah, karena itulah maka kita utamakan bagaimana mendidik enterpreneur," kata Jusuf Kalla. 

Jusuf Kalla mengakui memang jiwa kewirausahaan tidak bisa dididik sepenuhnya. Namun yang harus didorong adalah semangat untuk bersaing. Dia mengimbau kepada generasi muda agar jangan terlalu cepat puas, agar dapat menciptakan kemajuan bangsa. Menurutnya, keadilan dan kemajuan bangsa dapat diraih dengan kerja keras bersama-sama.  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement