REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW) memandang pidato Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud di Gedung DPR RI, Kamis (2/3) siang merupakan bagian penting sejarah Indonesia.
Pidato itu juga menurutnya sekaligus penegasan bahwa Arab Saudi bukanlah bagian dari negara yang mempromosikan radikalisme dan terorisme dunia seperti yang sering diopinikan segelintir pihak.
"Islam yang dipahami di Arab Saudi dan juga di Indonesia adalah Islam yang mengedepankan pentingnya kerja sama pentingnya mendengarkan suara umat, suara rakyat dan pentingnya demokrasi dan lembaga-lembaga demokrasi. Itu artinya Islam yang dikembangkan di Arab Saudi tidak seperti yang dibayangkan soal radikalisme terorisme," kata HNW, beberapa saat usai acara pidato Raja Salman di DPR, Kamis (2/3).
Kehadiran Raja Saudi ke Tanah Air setelah 47 tahun, kata ia, juga merupakan peran panjang para pemimpin di Indonesia. Undangan ini, menurut Hidayat, tentu juga pernah disampaikan oleh presiden sebelumnya seperti saat Presiden B.J Habibie yang datang langsung ke Saudi mengundang Raja Fahd.
Kemudian dilanjutkan oleh Presiden Gus Dur mendatangi Raja Abdullah untuk berkenan mengunjungi Indonesia. Termasuk upaya yang sama juga dilakukan Presiden Joko Widodo, menyampaikan undangan langsung ketika berkunjung ke Arab Saudi.
"Jadi ini undangan yang disampaikan oleh presiden Indonesia sejak waktu yang lama," ujarnya. Dalam konteks undangan dari Presiden Jokowi undangan ini secara langsung disampaikan sejak 2015 akhir lalu.
Baca juga, Ini Kritik Politikus Gerindra Atas Ketidakhadiran Megawati di Pidato Raja Salman.