Rabu 15 Mar 2017 12:46 WIB

RNI Bukukan Laba Konsolidasi Rp 247 Miliar

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Dirut Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) B Didik Prasetyo (tengah) memberikan paparan jajaran dewan direksi dalam 'public expose' RNI 2017 di Jakarta, Selasa (14/3). RNI berhasil membukukan laba konsolidasi sebesar Rp247 miliar pada tahun 2016 atau men
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Dirut Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) B Didik Prasetyo (tengah) memberikan paparan jajaran dewan direksi dalam 'public expose' RNI 2017 di Jakarta, Selasa (14/3). RNI berhasil membukukan laba konsolidasi sebesar Rp247 miliar pada tahun 2016 atau men

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) meraih kinerja yang lebih baik dari tahun sebelumnya dengan membukukan laba konsolidasi pada 2016 sebesar Rp 247 miliar. Jumlah laba konsolidasi ini meningkat 258 persen dibanding tahun 2015 yang hanya sebesar Rp 69 miliar.

Direktur Utama PT RNI Didik Prasetyo dalam paparannya mengatakan, kontribusi laba dari sektor industri gula tercatat sebesar Rp 98 miliar, mengalami penurunan dibanding pencapaian pada tahun 2015 sebesar Rp 209 miliar.

Namun demikian, dari sektor farmasi dan alat kesehatan terjadi peningkatan laba, dengan kontribusi laba setelah pajak sebesar Rp 108 miliar atau lebih tinggi dari tahun 2015 yang berada di angka Rp 83 miliar. Sementara kontribusi laba sektor perdagangan berada di angka Rp 42 miliar, meningkat dari tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 22 miliar.

Didik menambahkan, Peningkatan kinerja ketiga sektor tersebut mampu menutup pencapaian sektor perkebunan yang masih minus Rp 94 miliar. Dari sisi penjualan, pada tahun 2017, perseroan menargetkan angka penjualan sebesar Rp 6,3 triliun, atau meningkat sebesar 25 persen dari angka tahun sebelunya, yaitu sebesar Rp 5 triliun.

Penjualan dari sektor Agro, baik industri tebu maupun industri perkebunan lainnya, ditargetkan meningkat 23 persen menjadi Rp 2,2 triliun, adapun capaian tahun lalu sebesar Rp 1,8 triliun. Sementara penjualan dari sektor non agro industri ditargetkan menembus angka Rp 4,1 triliun, atau naik 26 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,3 triliun.

Lihat juga: RNI Gandeng Berdikari Kelola Peternakan Sapi

Lebih lanjut, Didik menambahkan, dalam menghadapi isu-isu strategis tahun 2017, RNI akan mempertajam perannya sebagai Investment Holding. “Kami akan tingkatkan daya saing anak perusahaan melalui sinergi antar anak perusahaan. Salah satunya adalah dengan mendorong sinergi melalui Integrated Supply Chain (ISC). Disamping optimalisasi bisnis inti dan aset, RNI juga tetap akan melakukan pengembangan bisnis berbasis kompetensi inti,” ungkap Didik.

Salah satu upaya yang akan ditempu adalah dengan menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 1,6 triliun pada 2017 atau meningkat 159 persen dibanding tahun 2016. Belanja modal tersebut dipergunakan untuk pengembangan lini bisnis agroindustri, baik di lapangan maupun luar lapangan, dan industri farmasi.

Dari upaya peningkatan aset, Pada tahun 2016, nilai Aset RNI meningkat sebesar Rp 10,5 triliun, atau mengalami pertumbuhan 54 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 6,8 triliun. Dari sisi produksi, Didik mengatakan, RNI menargetkan hasil gula sepanjang 2017 sekitar 315 ribu ton gula dan target produksi gula tersebut berasal dari jumlah tebu yang akan digiling diperkirakan sebanyak 4.22 juta ton dengan luas areal sebesar 53.775 hektare.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement