Ahad 19 Mar 2017 19:03 WIB

Pelari Asal Indonesia akan Jelajahi Antartika Berjalan Kaki

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemandangan matahari terbenam di Antartika
Foto: abc
Pemandangan matahari terbenam di Antartika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hendra Wijaya seorang pelari jarak jauh merilis ekspedisi dan penjelajahannya dari antartika dengan berjalan kaki. Ekspedisi yang bertajuk 'Southern Force Hendra Wijaya’s Adventure & Expeditions 2017-2018' ini dirilis di  di Pusuk Pass, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Ahad (19/3).

”Saya akan menancapkan merah putih di tugu atau di magnetik south poles. Sebagai tanda jika orang Indonesia  sudah ada yang ekspidisi berjalan kaki melintasi kesana. Tradisinya tugu yang sudah ditancap oleh bendera sebuah bangsa tidak akan diganti dengan bendera negara lain,” kata Hendra.

 

Southern Force menjadi klimaks dari perjalanan panjang Hendra pada tahun 2017-2018. Total, termasuk Southern Force, ada 10 perjalanan yang akan diikuti Hendra. Sepuluh perjalanan itu akan dimulai 1 April mengikuti lomba lari ultra trail Great Himalaya Race sejauh 1.800 km dengan tanjakan 90 ribu sampai ketinggian 5755 m  selama 45 hari di pegunungan Himalaya pada April 2017 dan ditutup di Kutub Selatan pada Desember 2018.

 

”Insyaallah, jika semuanya lancar, event yang ke sepuluh adalah perjalanan di Kutub Selatan pada  November-Desember 2018 yang kemudian saya lanjutkan dengan pendakian ke salah satu World 7 Summit yakni Mountain Vinson Massif (4.897 meter diatas permukaan air laut/mdpl) yang merupakan gunung tertinggi di Kutub Selatan. Ini klimaksnya,” kata Hendra.

 

Southern Force adalah sebuah petualangan dan ekspedisi sejauh 1.400 km di Antartika dengan berjalan kaki menggunakan papan ski. Peserta diwajibkan membawa perlengkapan dan makanan pribadi yang beratnya minimal 100kg. Beban ratusan kilo itu ditaruh di atas sledge (semacam kano kecil yang dipasang di atas papan ski dan penggunaannya dengan cara ditarik).

 

Logistik 100 kg tersebut digunakan untuk bertahan selama perjalanan menantang maut selama sekitar 45-50 hari. Suhu di Kutub Selatan bisa mencapai minus 60 Celcius di musim dingin. Lebih dingin dibanding Kutub Utara.

 

Kutub Selatan juga  berbeda dengan Kutub Utara. Kutub Selatan adalah satu-satunya tempat di bumi yang tidak dimiliki oleh siapapun atau negara manapun dan juga tidak memiliki sejarah di huni penduduk asli. Kutub Selatan hanya boleh digunakan untuk tujuan perdamaian dan ilmiah. Sementara Kutub Utara mempunyai beberapa kota kecil maupun kota besar disana seperti Barrow (Alaska, AS), Tromso (Norwegia), serta Muramansk dan Salekhaard (Rusia).

 

”Perjalanan ini saya sebut Southern Force atau kekuatan ke Selatan. Saya memantapkan diri untuk menyelesaikan semuanya sambil berdoa kepada Allah SWT.  Tentunya sambil mengupayakan pembiayaan pribadi maupun bantuan dari sponsor ataupun Pemerintah, termasuk dari NTB karena ini perjalanan bukan untuk saya pribadi, tapi untuk negara dan bangsa, juga untuk merah putih,” kata Hendra.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement