REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW dan para sahabat selalu memberi perhatian khusus bagi para ahli Shuffah. Kaum Muslimin di Madinah selalu menjaga, mengawasi, dan mengurus mereka dengan baik. Jika ada salah seorang ahli Shuffah yang sakit, Rasululllah pasti menjenguknya.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW juga selalu menyempatkan diri untuk bersama mereka. Sambil duduk-duduk bersama, Rasulullah menasihati, mengarahkan, mengingatkan, dan menganjurkan mereka agar selalu membaca dan mempelajari Alquran.
Rasulullah pun tak pernah lupa untuk mengingatkan mereka agar selalu berzikir, mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dan tak berangan-angan untuk mendapatkan perhiasan dunia. Bila ada sedekah, Rasulullah mengirimkannya kepada mereka dan tak ada sedikit pun yang dimakan oleh Nabi SAW,” ujar Dr Akram Dhiya al-Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah.
Jika mendapat hadiah, Rasulullah SAW mengirimkannya kepada mereka dan ikut serta menikmatinya. Ketika mendapat rezeki, Rasulullah mengundang dan menjamu mereka di rumahnya. Nabi SAW tak pernah lupa sedikit pun terhadap kondisi para ahli Shuffah.
Ketika Hasan bin Alicucu Rasulullah lahir, beliau meminta agar Fatimah memberi mereka sedekah dengan perak seberat rambut kepala Hasan. Nabi SAW pernah mengingatkan Fatimah yang meminta seorang pembantu dari tawanan. Rasulullah bersabda, Pantaskah aku memberi kalian berdua pembantu dan meninggalkan ahli Shuffah yang kelaparan?”
Rasulullah SAW lebih memperhatikan nasib para ahli Shuffah yang serbakekurangan dibandingkan permintaan putrinya, Fatimah. Selain memberi contoh, Rasulullah juga mengajak dan mendorong para sahabat yang mampu untuk membantu para ahli Shuffah.
Para sahabat pun berlomba-lomba mendermakan makanan kepada para ahli Shuffah. Selepas Isya, para ahli Shuffah diarahkan untuk bersantap malam di rumah-rumah para sahabat dan Rasulullah. Setiap sahabat mendapatkan jatah untuk menjamu mereka.
Barang siapa yang dirumahnya ada makanan yang cukup untuk dua orang, hendaklah mengajak orang ketiga untuk ikut makan. Kalau cukup bagi empat orang, hendaklah mengajak orang kelima dan keenam,” sabda Rasulullah kepada para sahabat.
Kejadian itu hanya terjadi di awal-awal hijrah. Pada saat Allah telah mencukupi mereka, tak perlu lagi mengajak mereka untuk makan di rumah sahabat. Begitulah indahnya persaudaraan dan persatuan Islam di era Rasulullah SAW.