REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang pria yang membunuh empat orang di Westminster sebelumnya pernah diselidiki oleh badan intelijen Inggris MI5 karena ekstremisme dengan kekerasan.
Namun, penyelidikan itu tak dilanjutkan karena dia dianggap tidak mengancam sebelum akhirnya kembali diradikalisasi. Khalid Masood (52 tahun) merupakan ekstremis yang ditembak mati di halaman gedung parlemen Inggris, Rabu (22/3).
Sebanyak delapan orang ditahan polisi dalam penggerebekan di London dan Birmingham. Masood diyakini mengalami radikalisasi di penjara.
Dilansir dari Telegraph, Kamis (23/3), hampir 20 tahun lalu dia dipenjara karena menyayat wajah seorang pria karena argumen terkait rasialisme pada 2000.
Dia didakwa pada 2003 karena menyebabkan luka berat. Sebelumnya dia dituduh menusuk seorang pria 22 tahun di hidung dalam insiden di Eastbourne.
Korbannya mengalami luka parah di wajah dan memerlukan bedah plastik. Masood yang tinggal di Sussex juga menghadapi dakwaan memiliki senjata, seperti pisau dan tongkat polisi. Dia pernah dipenjara karena dakwaan itu.
Baca: Serangan Mematikan di Parlemen Inggris, Ini yang Sebenarnya Terjadi
Masood lahir di Kent pada 25 Desember 1964. Dia lahir dengan nama berbeda. Polisi menolak memberitahu nama lahirnya.
Surat kabar Daily Mail mengatakan Masood lahir dengan nama Adrian Elms. Dia dibesarkan oleh ibunya di kota pinggiran Rye di pantai selatan Inggris. Dia kemudian menjadi mualaf dan mengubah namanya.
Karier kriminalnya dimulai pada November 1983. "Asumsi kami dia terinspirasi oleh terorisme internasional," kata polisi kontraterorisme paling senior Inggris Mark Rowley.
Salah satu mantan tetangga Masood di Birmingham mengatakan dia mengenali pelaku penyerangan ketika menyaksikan TV dan membaca surat kabar. "Saya mengenalnya sebagai tetangga sebelah rumah," kata Iwona Romek (45 tahun).
"Dia memiliki anak kecil yang berusia lima atau enam tahun. Ada juga perempuan Asia yang tinggal bersamanya. Pria itu tampak ramah, dia kerap memelihara tamannya dan mencabuti rumput," ujarnya.
Desember lalu, Masood tiba-tiba pindah.
Menurut polisi, Masood tidak sedang diselidiki dan tidak ada informasi intelijen yang mengindikasikan dia akan melakukan serangan teroris. Meski demikian, pelaku serangkaian aksi kriminal ini tidak asing bagi polisi karena kejahatannya. Masood tidak pernah didakwa atas serangan terorisme.
Dalam pidatonya di parlemen, Perdana Menterui Theresa May mengatakan penyerang telah diselidiki oleh MI5 karena ekstremisme dengan kekerasan. May menambahkan pelaku bukan bagian dari gambaran intelijen saat ini.