REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negeri Yaman di sebut-sebut sebagai salah satu sumber masuknya ajaran Islam ke Indonesia pada masa lalu. Hal tersebut tampak pada hubungan masyarakat negeri selatan Arab itu dengan penduduk Asia Tenggara, khususnya Nusantara. Selain melalui dakwah secara langsung, mereka juga menyebarkan Islam melalui ikatan pernikahan dengan penduduk pribumi.
Menurut sejumlah dokumen, mayoritas keluarga sayid yang pindah ke Asia Tenggara pada abad kesembilan hingga abad ke-15 berasal dari keturunan Ali bin Husain. Mereka merupakan pendatang dari Hadramaut, Yaman. Sebagian besar dari mereka tinggal di Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, Provinsi Moro di Filipina, dan daerah Pattani di Thailand.
Menurut Islamolog asal Belanda, LWC van den Berg, tidak ada data yang jelas mengenai jumlah orang Arab Hadramaut yang bermukim di Indonesia (dulu masih bernama Hindia Belanda) sebelum 1859 M. Namun demikian, dia menyimpulkan, orang-orang Yaman baru mulai datang secara masal ke Hindia Belanda pada tahun-tahun terakhir abad ke-18.
Tempat berlabuh pertama orang-orang Yaman di nusantara adalah Aceh. Dari sana, sebagian dari mereka kemudian ada pula yang lebih memilih ke Palembang dan Pontianak. Keturunan Arab mulai banyak menetap di Pulau Jawa pada 1820.
Lelaki Yaman pada masa itu, kata van den Berg, umumnya datang dari Hadramut tanpa istri. “Di nusantara, mereka kemudian menikahi wanita-wanita setempat. Karena itulah, mereka menyebut pribumi dengan akhwal yang berarti saudara dari ibu,” ujarnya.