REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Petugas medis di sebuah rumah sakit di Provinsi Idlib, Suriah, kewalahan pascaterjadinya serangan senjata kimia di daerah tersebut pada Selasa (4/4). Selain menewaskan puluhan orang, serangan tersebut juga melukai dan mencederai ratusan lainnya.
Kepala Direktorat Kesehatan Idlib Munzil Khalil mengatakan hingga saat ini petugas medis di rumah sakit Idlib sedang berjuang untuk menyelematkan korban luka akibat serangan senjata kimia. Walaupun ia menyesalkan sudah cukup banyak yang tewas pascaserangan tersebut.
“Kami dapat mengkonfirmasi nama-nama dari 74 orang yang telah tewas. Namun rumah sakit di sini memprediksi bahwa jumlah korban tewas akan naik menjadi 107 karena masih banyak korban yang hilang pasca serangan dan kami menduga mereka tewas dalam serangan,” tutur Khalil menerangkan seperti dilaporkan laman Aljazirah, Rabu (5/4).
Khalil mengungkapkan, sekitar 557 orang mengalami luka-luka akibat serangan yang diduga menggunakan senjata kimia. Seluruh korban tersebut dikirim ke hampir semua fasilitas medis yang tersedia di Idlib.
Proses penyelamatan korban, menurut Khalil, memang sangat sulit dilakukan. Mengingat ada beberapa rumah sakit yang hancur porak poranda akibat pertempuran dan serangan udara. Sebuah rumah sakit di Maaret al-Numaan, misalnya, yang pada Senin (3/4) hancur akibat peperangan.
Padahal rumah sakit tersebut mampu menampung dan merawat hingga 30 ribu pasien setiap bulannya. “Tapi rumah sakit itu sekarang keluar dari layanan dan kita berada dalam keadaan panik,” kata Khalil.
Tak hanya itu, Khalil juga mengungkapkan, rumah sakit al-Rahma di Khan Sheikhoun juga menjadi sasaran serangan udara. Hal itu terjadi tak lama setelah serangan senjata kimia di Idilib.
Baca juga, AS Kecam Bom Rusia dan Suriah yang Tewaskan Oposisi.
Sebelumnya, Suriah American Medical Society (SAMS) yang mengoperasikan beberapa rumah sakit di Idlib mengatakan, sekitar 72 orang tewas, 11 di antaranya anak-anak, pascaserangan gas beracun di Idlib. Adapun korban luka mengalami gejala medis yang mengerikan, yakni denyut jantung melambat, kejang otot, serta kehilangan kesadaran.
SAMS mengatakan serangan tersebut juga mengakibatkan orang muntah busa dari mulutnya. Mengamati gejala-gejala demikian, senjata kimia terkait diduga mengandung organo-fosfor, yakni senyawa gas beracun yang mengandung sarin.
Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengatakan saat ini pihaknya tengah mengumpulkan dan menganalisis informasi dari sumber yang tersedia. Hal itu dilakukan guna memastiskan jenis senjata kimia apa yang menewaskan dan menyerangan warga Idlib.
Saat ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan mematikan di Idlib. Baik pasukan koalisi pemerintah maupun oposisi mengaku tidak melakukan serangan ganas tersebut.