Sabtu 08 Apr 2017 17:11 WIB

AS akan Beri Sanksi Tambahan Bagi Suriah

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Budi Raharjo
Foto dari AL AS menunjukkan kapal perusak USS Porter (DDG 78) meluncurkan serangan darat dengan rudal jelajah tomahawk di Laut Mediterania, Jumat, 7 April 2017.
Foto: Mass Communication Specialist 3rd Class Ford Williams/U.S. Navy
Foto dari AL AS menunjukkan kapal perusak USS Porter (DDG 78) meluncurkan serangan darat dengan rudal jelajah tomahawk di Laut Mediterania, Jumat, 7 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT -- Citra satelit menunjukkan pangkalan udara Shayrat menjadi basis bagi pasukan khusus Rusia dan helikopternya. Mereka ada di sana untuk membantu Presiden Suriah Bashar Assad melawan ISIS.

Menteri Keuangan Steve Mnuchin mengumumkan akan ada sanksi tambahan terhadap Suriah dalam waktu dekat tetapi tidak memberikan keterangan secara spesifik sanksi tersebut, Jumat, (7/4).

Sanksi diberikan karena Suriah dianggap menggunakan gas beracun untuk menyerang kelompok pemberontak. Namun malah menewaskan banyak warga sipil.

Kementerian Pertahanan Rusia menanggapi serangan rudal AS ke pangkalan udara Suriah dengan menelepon atase militer AS di Moskow. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, mereka akan menutup jalur komunikasi untuk menghindari bentrokan tak sengaja antara pasukan Rusia dan AS di Suriah. Selama ini pesawat tempur AS  sering menyerang milisi ISIS dan  mendekati pasukan Rusia.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan, pemerintah Trump siap melakukan berbagai langkah yang dibutuhkan.

"Kami siap untuk melakukan lebih tapi kami berharap tidak diperlukan langkah tersebut. Amerika Serikat tidak akan diam saja jika senjata kimia yang digunakan. Ini penting bagi keamanan nasional untuk mencegah penyebaran dan penggunaan senjata kimia," ujar Haley.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dijadwalkan untuk pergi ke Moskow pekan depan. Ia mengaku kecewa dengan pernyataan Rusia. Namun tak terkejut dengan reaksi Rusia karena menunjukkan dukungannya untuk Assad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement