REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM – Masjid Pusat Birmingham mengadakan pesta teh Inggris dengan biskuit. Acara itu digelar bertepatan dengan aksi unjuk rasa dari EDL. Dilansir dari Birmingham Mail, Sabtu (8/4), acara selama dua jam itu dihadiri sekitar 300 pemuda dan orang tua dari semua agama. Alhasil, jumlah mereka yang hadir di pesta teh melebihi peserta aksi unjuk rasa yang diperkirakan cuma ada sekitar 100 orang.
Tiga orang ditangkap dari aksi unjuk rasa, terdiri dari seorang pemudi berusia 18 tahun dan dua pemuda berusia 21 dan 26 tahun. Mereka ditangkap demi mencegah terjadinya pelanggaran terhadap kedamaian yang senantiasa terjaga di Birmingham.
Sedangkan, satu-satunya korban di pesta teh merupakan krim yang tumpah di meja yang penuh piring, dengan banyak sajian biskuit dari Nice. Dewan Eksekutif Masjid, Mohammad Dawood, mengirimkan pesan yang jelas dan ditunjukkan kepada para pengunjuk rasa. "Kami tidak punya apa-apa terhadap EDL, kami tidak membencimu," kata Dawood.
Ia pun membuat permohonan berapi-api untuk semua pemeluk agama agar melihat perasaan masing-masing. Selain itu, Dawood menegaskan, Masjid Pusat Birmingham selalu terbuka untuk pengunjung dari semua agama, dan teh atau biskuit jadi salah satu caranya. "Kita perlu lebih banyak acara seperti pesta teh Inggris ini, kita semua perlu menunjukkan kalau kita bersatu," ujar Dawood.
Sejumlah tokoh terkemuka di Midlands menunjukkan dukungan mereka dengan menghadiri pesta teh Masjid Pusat Birmingham. Termasuk, wali kota terpilih Sion Simon, dan Komisaris Kepolisian Midland David Jamieson, yang mengaku merayakan kebersamaan yang ada. "Saya pikir ada lebih banyak orang di sini hari ini daripada di aksi unjuk rasa EDL, ini mengatakan hal-hal besar tentang orang-orang dari Birmingham dan daerah ini," kata Jamieson.