Ahad 09 Apr 2017 17:25 WIB

Densus 88 Geledah Rumah Terduga Teroris Tuban Hingga Dini Hari

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nur Aini
Sejumlah petugas Gegana Polda Jawa Timur memeriksa mobil terduga teroris di jalan Pantura di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4).
Foto: Antara
Sejumlah petugas Gegana Polda Jawa Timur memeriksa mobil terduga teroris di jalan Pantura di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Menyusul penyergapan yang menewaskan enam teroris di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror mabes Polri melanjutkan penggeledahan sebuah rumah di Jalan Taman Karonsih II/1130 Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Sabtu (8/4) malam.

Rumah yang berada di lingkungan RT 05/ RW 03 Kelurahan Ngaliyan ini merupakan tempat tinggal Satria Aditama (18 tahun), salah seorang dari enam tersangka teroris yang ikut tewas dalam penyergapan tersebut.  Belum jelas apa yang didapatkan tim Densus 88 Anti Teror dalam penggeledahan ini. Meski banyak yang berpakaian preman, kedatangan anggota tim Densus 88 bersama anggota Polda Jawa Tengah tersebut sempat mengejutkan warga yang berada di lingkungan RT 05.

Apalagi penggeledahan ini dilakukan larut malam hingga dini hari. “Hampir 7 jam petugas polisi berada di rumah tersebut, hingga sejumlah tetangga ikut bertanya- tanya ada peristiwa apa,” kata Ketua RT 05/ RW 03 Kelurahan Ngaliyan, Candra Sathya Nugroho, Ahad (9/4).

Usai penggeledahan, rumah berpagar besi hijau yang catnya sudah mulai terlihat kusam ini pun tertutup rapat. Tak terkecuali pintu utama bangunan ini yang sesuai data lingkungan ditinggali oleh Cicik Murdiyati ini. “Informasi perihal baku tembak antara teroris dan polisi di Tuban belakangan warga kami baru tahu, jika salah satu penghuni rumah ini merupakan korban tewas dalam penyergapan teroris tersebut,” jelas Candra.

Ia menambahkan, tak banyak warga di lingkungannya yang tahu perihal penghuni rumah ini. Karena para penghuninya cenderung agak tertutup dan jarang bersosialisasi dengan para tetangga lingkungan.

Selain Cicik Murdiyati rumah tersebut dihuni oleh ibu dan salah seorang kakak Satria Aditama. Karena kurangnya bersosialisasi iapun tak paham siapa nama orang yang dimaksud tersebut.

Namun dibandingkan dengan saudara tuanya tersebut, sosok Satria Aditama relatif lebih dikenal oleh Candra sebagai pemuka lingkungan. “Anaknya pendiam, kalem, dan termasuk ramah kalau sama tetangga,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia tak pernah menyangka jika salah warganya tersebut menjadi satu dari enam orang tersangka teroris yang ikut tewas dalam penyergapan polisi di Tuban, termasuk para tetangga lainnya.

Sebab, kata Candra, selama ini warga di lingkungan RT 05 juga tak banyak tahu aktivitas Satria Aditama di luar rumah. Menurutnya, yang bersangkutan memang jarang terlihat ada di rumah orang tuanya tersebut.

Usai penggeledahan, Candra juga mengaku belum sempat masuk ke dalam rumah orang tua Satria Aditama. “Karena memang kondisinya tertutup rapat dan nyaris tak menampakkan aktivitas penghuni,” tandasnya.

Enam orang tersngka teroris tewas dalam penyergapan polisi di Tuban. Sementara seorang dapat ditangkap hidup. Dari enam orang kelompok teroris yang tewas empat di antaranya merupakan warga Jawa Tengah. Masing- masing Satria Aditama warga Kota Semarang, Adi Handoko, dan Endar Prasetyo warga Kecamatan Tersono Kabupaten Batang serta Yudhistira warga Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement