REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jawa Timur diintai tak kurang dari 300 titik rawan longsor. Menurut Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, jumlah ini diketahui berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Kementerian ESDM.
Setiap tiga bulan sekali dilakukan pemutakhiran data daerah retakan. "Pemkab dan Pemkot tahu soal itu termasuk yang longsor di Nganjuk kemarin semua juga tahu kalau di sana zona bahaya," kata Gus Ipul Selasa (11/4) di Malang.
Karena mata pencaharian warga adalah bertani maka mereka bercocok tanam di wilayah yang sebenarnya masuk zona bahaya. Pria yang kerap disapa Gus Ipul ini mengatakan pemerintah ingin menerapkan status titik-titik longsor secara bertingkat. "Kita sedang coba terapkan status seperti gunung, kan ada status waspada siaga dan awas, sekarang tanah longsor pengennya gitu tapi harus ada kajian ilmiah lebih dulu," paparnya.
Terkait dengan longsor di Ponorogo, Gus Ipul menjelaskan lokasi tersebut kini sudah ditetapkan sebagai zona merah. Artinya sudah tidak boleh lagi ada aktivitas di sana termasuk untuk permukiman maupun pertanian.
Pencarian korban yang tertimbun juga sudah dihentikan. "Tidak mungkin lagi dilakukan evakuasi karena berbahaya bagi masyarakat, relawan, dan para petugas lain," ujarnya.