REPUBLIKA.CO.ID,Sampai dengan medio 1960-an, Bhutan, sebuah negara di kawasan Asia Selatan, tidak memiliki fasilitas publik nan memadai. Tak ada telepon, bandara, rumah sakit, maupun layanan pos.
Namun semua itu hanyalah bagian dari sejarah. Kini, Bhutan merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia jika mengacu kepada laporan terbaru dari Bank Pembangunan Asia (ADB).
Pada tahun ini, ekonomi Bhutan diproyeksikan tumbuh 8,2 persen. Pertumbuhan ini diprediksi akan lebih tinggi pada tahun depan, yaitu 9,9 persen.
Terlepas dari itu, menarik untuk diketahui bagaimana Bhutan membangun ekonominya. Fokus kepada energi baru terbarukan disertai elemen kebahagiaan jadi pelajaran yang bisa dipetik.
Air dan Bahagia
Tak banyak yang tahu bahwa Bhutan merupakan salah satu eksportir terbesar hidropower di dunia. Dan semua itu bermula dari menjual energi dari air itu ke negara tetangga di kawasan Asia Selatan.
Diperkirakan sumber energi dari air di Bhutan mencapai 30 ribu megawatt. Akan tetapi baru sekitar 5 persen yang dikembangkan.
Pertumbuhan ekonomi Bhutan pada tahun ini berbasiskan pada konstruksi pembangunan pembangkit listrik hidropower. Dengan demikian diharapkan pada tahun depan, kapasitas kelistrikan negara kerajaan ini bakal meningkat.
Aspek lain yang tidak kalah penting adalah penekanan kerajaan terhadap kebahagiaan warga, alih-alih kesejahteraan di sektor ekonomi. Semua ini sudah berlangsung berabad-abad.
Di dalam 1729 legal code of Bhutan dinyatakan: "Tujuan pemerintah adalah menghadirkan kebahagiaan kepada warga. Apabila hal tersebut tidak mampu diwudjukan, maka keberadaan pemerintah tidak diakui,"
Bertahun-tahun, Pemerintah Bhutan mengejawantahkan filosofi itu dalam bentuk kebijakan publik yang bertujuan menghadirkan kebahagiaan warga. Sebagai bagian dari upaya itu, pemerintah memiliki penghitungan dalam sebuah indikator bertajuk gross national happiness.
Tujuannya selain untuk menumbuhkan ekonomi adalah menyebarluaskan kebahagiaan ke seluruh negeri. Sebagai contoh, pembangkit listrik tenaga air yang besar dikolaborasikan dengan program untuk menghadirkan kekuatan bagi komunitas sekitar.
Motor ekonomi dunia
Bhutan hanyalah satu dari sejumlah negara berkembang di Asia yang menjadi penggerak ekonomi dunia. Menurut Asian Development Outlook 2017, negara-negara berkembang di Asia berkontribusi sekitar 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
ADB menilai negara-negara berkembang di Asia telah menampilkan performa apik di saat negara-negara maju dan industri mengalami perlambatan karena sedang memasuki fase pemulihan. Laporan itu memproyeksikan ekonomi negara-negara berkembang di Asia secara kumulatif akan tumbuh 5,7 persen pada 2017 dan 2018.
Seperti tahun-tahun yang lalu, Cina dan India masih menjadi motor utama. Cina diproyeksikan tumbuh 6,5 persen dan India 7,4 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari permintaan eksternal, harga komoditas yang membaik, dan reformasi struktural pada ekonomi domestik.
Mayoritas negara-negara Asia Tenggara juga memiliki sumbangsih bagi pertumbuhan ekonomi. Ditopang sektor pertanian dan peningkatan ekspor, ekonomi di kawasan ini diprediksi akan tumbuh 4,8 persen pada 2017 dan 5,0 persen setahun kemudian.