REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Ketua DPRD Nusa Tenggara Barat Mori Hanafi mengatakan kasus Steven Hadisurya Sulistyo mencaci Tuan Guru Bajang menjadi pelajaran berharga buat anak bangsa untuk lebih saling menghargai tanpa melihat latar belakang seseorang. Pria yang berasal dari Bima, NTB, itu menilai berselisih paham dan perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa terjadi asalkan dilakukan dengan tutur kata yang baik.
Mori menyayangkan sikap Steven Hadisurya Sulistyo yang menggunakan kata-kata tak pantas dan menyinggung SARA. "Berselisih wajar saja, tapi kita harus menghindari hal yang berbau etnis dan SARA," kata Mori kepada Republika.co.id di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (16/4).
Sementara itu, Bupati Kabupaten Lombok Utara Najmul Ahyar mengaku kagum dengan kedewasaan sikap yang ditunjukkan Gubernur NTB tersebut. Meskipun dicaci sedemikian rupa, Tuan Guru Bajang tetap tenang dan mengedepankan akal sehat. "Kita bisa melihat kedewasaan, kesabaran, dan kebaikan akhlak beliau," ungkap Najmul saat ditemui Republika.co.id di Islamic Center NTB, Jumat (14/4).
Najmul mengapresiasi Tuan Guru Bajang yang terus memperlihatkan contoh yang baik. Bahkan, ketika ia mendapat dukungan dari masyarakat yang ikut tersinggung dengan perlakuan rasis Steven. "Begitu kita marah dan meledak-ledak, ternyata justru beliau yang menenangkan kita," kata Najmul.
Baca juga: Tuan Guru Bajang Minta Warga NTB tak Terprovokasi Rasisme Steven
Pada Ahad (9/4), di Bandara Changi, Singapura, terjadi kesalahpahaman antara Steven dengan Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi dan istri di depan check-in counter maskapai Batik Air. Steven mengata-ngatai Tuan Guru Bajang, "Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar Pribumi, Tiko".
Atas perlakuan tersebut, Tuan Guru Bajang memutuskan untuk tidak menempuh jalur hukum. Steven telah melayangkan permohonan maafnya secara terbuka di media massa nasional pada Kamis (13/4) silam.