REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jalur Gaza memperingatkan akibat fatal yang dialami oleh sejumlah unit pelayanan kesahatan karena krisis listrik yang berlangsung terus menerus. Juru bicara Kemenkes, Asyraf Al-Qudrah, melului konferensi pers, Ahad (16/4), menghimbau seluruh elemen khususnya lembaga-lembaga kemanusiaan untuk mencari solusi dan membantu secepat mungkin pengadaan pasokan listrik, demi nasib para pasien yang membutuhkan pengobatan serius.
"Kondisi pasien saat ini boleh jadi lebih memprihatinkan sejak situasi blokade yang melilit kehidupan di Jalur Gaza ini," kata Al-Qudrah. Dia pun meminta agar pemerintah pusat lebih serius menangani masalah ini sebelum segala sesuatu menjadi terlambat.
Menurut Al-Qudrah, Kemenkes membutuhkan sedikitnya 450 ribu liter solar–sesuai kondisi normal-dalam sebulan untuk mengoperasikan 87 generator listrik demi kelangsungan pelayanan kesehatan. Setiap jam, kata dia, terjadi pemadaman listrik, yang menuntut ketersediaan sekitar 2.000 liter solar untuk sejumlah rumah sakit.
Dikatakan Al-Qudrah, jika krisis listrik seperti ini terus berlanjut, maka terdapat 40 kamar operasi tercancam berhenti beroprasi. Begitu pula pada 11 kamar operasi khusus wanita dan ruang persalinan yang banyak melakukan operasi sesar. Belum lagi sekitar 50 ruang laboratorium medis, dan 10 ruang (bank) penyimpanan darah.
Situasi ini semakin serius dan di sejumlah tempat pelayanan kesehatan benar-benar mulai berhenti untuk sementara waktu, karena persediaan bahan bakar semakin berkurang. “Krisis listrik ini tentu saja akan berdampak buruk pada pusat-pusat penyimpanan obat-obatan yang disimpan di dalam lemari es,” ujar Al-Qudrah.