REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Dalam buku berjudul 'Leading Lady: Sherry Lansing and The Making of a Hollywood Groundbreaker' disebutkan aktor pemeran utama sekaligus sutradara film Braveheart, Mel Gibson, pernah begitu marah dan kesal saat pembahasan biaya produksi film tersebut. Bahkan, aktor asal Australia itu sempat melempar dan memecahkan asbak ke sebuah dinding.
Pada saat itu, Mel Gibson bertemu dengan Direktur Bisnis Paramount Pictures, Bill Bernstein, untuk membahas biaya produksi film tentang pejuang asal Skotlandia, William Wallace, tersebut. Namun, angka yang ditawarkan Bill begitu kecil dan tidak cukup untuk membiayai biaya produksi Braveheart.
Tawaran ini pun membuat Mel Gibson naik pitam, dan akhirnya melempar asbak ke arah dinding. Dalam buku tentang mantan CEO Paramount Pictures, Sherry Lansing, itu disebutkan Mel Gibson sempat marah-marah atas negosiasi tersebut. ''Dia (Mel Gibson) mengambil asbak kaca yang cukup besar dan melemparnya ke dinding. Dia benar-benar melemparkan asbak itu ke dinding,'' tulis salah satu agen dari Paramount Pictures, Jeff Berg, seperti dikutip Fox News.
Usai melempar asbak itu, Mel Gibson pun marah-marah sambil berkata,''Apa maksudmu? Saya menolak tiga pekerjaan besar..blah-blah-blah. Saya benar-benar kecewa, mungkin saya berlebihan, tapi ini benar-benar mengecewakan,''
Kemudian, Mel Gibson berkata, pada saat ini adalah masa keemasan dia sebagai seorang aktor, yaitu di usia 30 tahunan. Masa-masa yang sama saat Bradley Cooper atau Leonardo DiCaprio menampilkan karya rerbaik mereka. Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang alot, Mel Gibson akhirnya setuju untuk menyutradai sekaligus memerankan tokoh utama di film Braveheart.
Sejarah pun akhirnya mencatat, film yang diproduksi pada 1995 itu meraih sukses besar. Bahkan, Braveheart masuk ke dalam 10 nominasi Oscar, termasuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Selain itu, Braveheart juga mencetak sukses di box office dengan meraih pendapatan sekitar 120 juta dolar AS dari penayangan di seluruh dunia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika