REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melewati semak-semak, hewan sebesar kucing ini berjalan ke sana kemari di pembatas berukuran 8 x 8 meter persegi di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan (24/4). Ia terus mengikuti kemana pun induknya pergi. Sesekali hewan mungil ini mengusapkan kepalanya dengan manja ke tubuh induknya.
Warnanya dominan hitam, berbeda dengan induknya yang lebih cokelat. Tanduknya terlihat kecil dan belum tampak tumbuh. Pandangan matanya melirik mencari-cari. Sesekali memandangi kakaknya, yang ada di kandang sebelah.
Suasananya senyap. Anoa-anoa itu tak mengeluarkan bunyi sedikit pun. Bunyi hanya terdengar tatkala langkah kaki kecilnya menginjak daun kering. Menanggapi kehadiran manusia, induknya pun segera meringkuk melindungi anaknya itu.
Anoa jantan Sulawesi ini baru saja lahir pada 29 Maret 2017. Ia lahir dari anoa betina bernama Wesi dan anoa jantan bernama Rahul. Sebelumnya, pasangan anoa ini telah melahirkan anoa jantan yang diberi nama Demar (Delapan Maret). Sedangkan untuk anoa yang baru lahir ini belum bernama.
Dokter hewan yang menangani kelahiran anoa ini, Ahmad Mukhsin mengatakan pemberian nama anoa terbaru di Kebun Binatang Ragunan masih menunggu usulan. Selain itu, menurut Ahmad, berat Anoa ini juga belum ditimbang.
"Ditakutkan akan menimbulkan stres karena belum bisa dipisah dengan ibunya," ujar dia di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan.
Ahmad bercerita, kelahiran anoa ini tidak lepas dari peran induknya, Wesi yang berusia delapan tahun dan bapaknya, Rahul yang berusia 12 tahun. Setelah dua tahun sebelumnya melahirkan Demar, induknya mengalami masa birahi setahun kemudian.
"Saat itu kita satukan dengan pejantannya dan terjadi perkawinan," kata Ahmad.
Menurut Ahmad, bayi anoa ini lahir dengan sehat dan masih terus mengikuti ibunya. Ahmad mengakui cukup kesulitan merawat anoa terbaru ini karena induknya protektif. Untuk memberi makan, Ahmad meletakkannya dengan cara digantung agar meminimalisasi interaksi dengan manusia.
KB Binatang Ragunan juga melakukan pengamanan dan observasi ketat pada keluarga terbaru mereka. Menurut Ahmad, CCTV terpasang di kandang anoa. Hal itu agar selam 24 jam dapat dipantau dan diobservasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 7 Tahun 1999, anoa adalah salah satu hewan yang harus dilindungi. Maka, KB Ragunan sangat berhati-hati dalam menangani anoa yang termasuk dalam kategori hewan terancam punah ini.
KB Ragunan belum memberikan akses bebas pada publik untuk melihat keluarga baru mereka. Menurut Ahmad, anoa ini belum diperbolehkan dilihat dan diperkenalkan pada publik karena belum boleh berinteraksi dengan banyak orang.
"Kita sebagai lembaga konservasi melakukan program melestarikan satwa yang langka, seperti anoa ini," kata Ahmad.
Kelahiran anoa ini disambut gembira oleh Kepala Unit Pengelola Taman Marga Satwa Ragunan, Dina Himawati. "Jadi anoa kita ada lima dengan yang baru lahir," kata dia.
Dina mengatakan, anoa ini akan diberi nama jika sudah bebas dari masa karantina untuk menjamin kesiapannya. Dina bahkan mengatakan, nama itu bisa diusulkan oleh pengunjung melalui media sosial. "Nantinya kita pakai media sosial, bahwa kita lagi butuh nama untuk anoa, kita pertimbangkan juga untuk kesesuaiannya," kata Dina.
Namun, untuk saat ini, KB Ragunan memang belum membuka dan mempublikasikan kelahiran keluarga terbarunya. Kemungkinan, pada pertengahan bulan depan atau akhir bulan depan anoa itu bisa dilihat pengunjung.
"Jangan sampai sudah dipublish ternyata satwa kita belum bisa survive di kandangnya, nanti malah buat kecewa pengunjung," kata Dina.
Dina menambahkan, sebagai lembaga konservasi, Kebun Binatang Ragunan harus bisa menjaga perkembangbiakan dan keanekaragaman hayati. Anoa merupakan salah satu hewan endemik asli Indonesia. Untuk itu, dari kelahiran Anoa ini ia menaruh harapan besar. "Agar pengunjung tidak memberi makan sembarangan dan sayang pada anoa kita," ujar Dina.