REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Para nelayan di kawasan Pantai Bangsring Kecamatan Ketapang Kabupaten Banyuwangi melakukan konservasi terumbu karang sejak 2009. Aksi tersebut telah mengubah kehidupan ekonomi nelayan setempat.
Wakil Ketua Kelompok Nelayan Bangsring, Sukir, mengatakan kesadaran nelayan terhadap kelestarian terumbu karang muncul sejak 2009. Kemudian pada 2010 mulai dilakukan penanaman terumbu karang di sekitar pantai Bangsring sampai Pulau Tabuhan.
"Tujuan awalnya bukan untuk wisata tapi supaya terumbu karang itu bisa hidup kembali dan ekosistem yang dulunya punah bisa kembali lagi," jelasnya saat ditemui di Pantai Bangsring Banyuwangi, Rabu (26/4).
Ia mengakui dulunya Nelayan Bangsring menggunakan potas untuk menangkap ikan. Akibatnya, terumbu karang di perairan Banyuwangi menjadi rusak dan ikan-ikannya mati.
Kondisi tersebut membuat para nelayan memperluas wilayah penangkapan ikan hingga Sulawesi, Alor bahkan Timor Leste. Kemudian, salah satu keluarga Sukir tertembak tentara Timor Leste karena para nelayan tersebut melanggar batas wilayah.
"Di saat itulah kami baru berpikir lebih baik saya melestarikan karang yang ada supaya biota yang dulunya punah bisa kembali lagi. Awalnya hanya menanam saja. Tapi akhirnya banyak keuntungan disini. Ikan mulai kembali dan akhirnya juga jadi pariwisata hanya untuk melihat terumbu karang hasil tanaman kami," terang Sukir yang juga menjadi pengelola wisata di Pantai Bangsring.
Di samping itu, sejak saat itu para nelayan juga telah mengubah pola tangkap ikan yang dulunya menggunakan potas beralih menjadi jaring. Sebab, menurutnya kerusakan karang di sekitar Selat Bali sudah mencapai 70 persen, atau hanya 30 persen karang yang masih bagus.
Sukir juga mengakui adanya potensi ekonomi setelah aksi konservasi terumbu karang. Para wisatawan mulai berdatangan ke Pantai Bangsring untuk melihat terumbu karang. Sekitar 50 meter dari pantai tersebut dibangun rumah apung agar wisatawan bisa melihat terumbu karang. Selain itu, wisatawan juga bisa menyeberang dari Bangsring ke Pulau Tabuhan untuk menikmati terumbu karang dengan cara snorkling. Alhasil, pendapatan para nelayan juga mengalami peningkatan.
"Iya, itu sangat luar biasa. Awalnya pendapatan nelayan kami satu hari hanya mencapai Rp 50 ribu sekarang mencapai jutaan rupiah," ungkapnya.
Hasil nyatanya juga terlihat dari perekonomian para nelayan. Sukir menyebut, para nelayan yang dulunya hanya menggunakan transportasi sepeda kayuh, sekarang banyak yang memiliki mobil. "Ini bukti pendapatan nelayan kami bertambah dengan adanya konservasi dan penanaman terumbu karang ini," ucapnya.
Pemerintah setempat, kata Sukir, juga memiliki program Marine Education. Secara bergantian, para pelajar mulai dari TK sampai SMA serta mahasiswa mengikuti program Marine Education di Pantai Bangsring. Mereka diajari cara menanam terumbu karang. Kegiatan tersebut tidak dipungut biaya alias gratis. "Karena kami dulunya perusak supaya bisa mengembalikan alam. Kami menanam terumbu karang itu untuk menebus dosa," aku Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bangsring tersebut.
Pantai Bangsring berada sekitar 23 kilometer dari pusat kota Banyuwangi. Perjalanan menuju Pulau Tabuhan menggunakan kapal sekitar 30 menit.