REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Seorang warga Israel berusia 18 tahun telah didakwa menyebarkan ancaman bom yang bersifat hoax atau tipuan sebanyak ribuan kali, termasuk ancaman menembak yang ditujukan ke sekolah-sekolah di Australia.
Diduga lebih dari 2.000 suara bom dari robot dan telepon tipuan telah dilakukan sejak Januari 2016. Kepolisian Victoria, Kepolisian Federal Australia (AFP) dan satuan polisi dari negara bagian lainnya telah menyelidiki 591 ancaman palsu ini di Australia.
Kepolisian Victoria mengkonfirmasi 128 ancaman tersebut ditujukan ke sekolah-sekolah di Victoria. Tidak diketahui negara bagian lainnya yang juga pernah menjadi targetnya.
Di dunia internasional, ancaman tersebut diselidiki oleh tim gabungan termasuk FBI dan agen penegakan hukum di Israel, Selandia Baru dan Inggris. "Satuan E-Crime dari kepolisian Victoria telah menyediakan bukti-bukti siber yang vital, dan berakhir dengan menangkap warga asal Israel," kata Polisi Victoria dalam sebuah pernyataan
"Polisi Israel mengakui mereka tidak dapat melakukannya tanpa kami [Satuan E-Crime]."
Identitas tersangka tidak dapat diungkap kepada publik karena alasan hukum. Ia masih berusia 17 tahun saat melakukan pelanggaran. Kasus tersebut akan ditangani pengadilan Israel.
Dalam kasus terpisah, seorang remaja pria berusia 17 tahun berada di sebuah pengadilan anak-anak di Victoria pada Kamis, dituduh menyebarkan ancaman bom tipuan ke sekolah-sekolah di negara bagian Victoria, New South Wales, dan Australia Selatan. Ancaman dilakukan antara Mei 2016 dan April 2017.
Remaja tersebut akan mulai mengalami proses pengadilan pada 26 Juni mendatang. Polisi Victoria telah mengonfirmasi kedua kasus tersebut tidak memiliki hubungan.
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 28/04/2017 pukul 11:45 AEST. Simak beritanya dalam Inggris di ABC News.