REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republik Kooperatif Guyana, dahulu bernama Guyana Britania, adalah sebuah negara di pesisir utara Amerika Selatan. Guyana merupakan satu-satunya negara di kawasan itu yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya.
Nama Guyana bisa jadi asing di telinga sebagian kalangan, tetapi berbicara soal Islam di negara yang berbatasan dengan Suriname di sebelah timur, Brasil di selatan, Venezuela di barat, dan Samudera Atlantik di utara ini, tentu tak kalah menarik. Islam merupakan agama terbesar ketiga di Guyana setelah agama Kristen dan Hindu. Sekitar 63 persen penduduknya beragama Kristen.
Menurut sensus 2002, sebanyak 7,3 persen dari populasi negara tersebut beragama Islam. Namun, survei Pew Research menunjukkan temuan yang berbeda. Pada 2010 lembaga riset terkemuka yang berpusat di Amerika Serikat ini memperkirakan sebanyak 6,4 persen populasi negara tersebut adalah Muslim.
Meski Muslim adalah komunitas minoritas, mereka tetap mendapatkan hak dan jaminan beragama. Konstitusi Guyana menjamin kebebasan beragama. Dan dalam praktiknya, pemerintah pada umumnya menghormati hak ini.
Di negara ini relatif tidak ditemukan laporan pelanggaran atau diskriminasi masyarakat yang dilakukan berdasarkan kepercayaan atau praktik keagamaan. Para tokoh masyarakat mengambil langkah positif untuk mempromosikan kebebasan beragama.
Kendati demikian, secara politik, posisi umat Islam di Guyana masih lemah. Sampai 1994, umat Islam sempat tidak memiliki hak suara di Guyana. Padahal, kontribusi warga Muslim di negara ini sangat besar terhadap sektor sosio-ekonomi. Meskipun sekarang mereka sudah mengantongi hak memilih, keterwakilan umat Islam di pemerintahan masih kurang.
Sedangkan, di bidang sosial kemasyarakatan, keagamaan, dan pendidikan, aktivitas umat Islam bebas berperan. Kegiatan mereka banyak terwadahi di berbagai organisasi. Organisasi Islam Pusat Guyana (CIOG) adalah organisasi Islam tertua di Guyana. Mereka aktif dalam bidang sosial dan membantu yatim piatu.
Selain CIOG, terdapat Guyana Islamic Trust (GIT). GIT adalah organisasi nirlaba yang telah berdiri sejak 1978. GIT telah mendedikasikan dirinya pada proses membawa peningkatan intelektual, moral, dan spiritual kepada individu, keluarga, dan masyarakat di Guyana.
Tujuan utama mereka adalah di bidang pendidikan karena organisasi percaya ketidaktahuan adalah akar penyebab intoleransi, rasisme, amoralitas, dan kriminalitas yang dapat merusak tatanan masyarakat Guyana dan dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Guyana Islamic Trust memiliki 14 cabang administrasi.
Para Muslimah Guyana juga memiliki wadah tersendiri untuk beraktualisasi. Salah satunya adalah Asosiasi Perempuan Islam Nasional (NISA). NISA memiliki beberapa program kerja yang diperuntukkan bagi perempuan Guyana.
Di antaranya program yang berfokus mempromosikan ajaran dan nilai-nilai Islam di kalangan perempuan Guyana, menghidupkan kembali praktik Alquran dan sunah dalam kehidupan Muslimah, memberikan bantuan, mengadvokasi nilai-nilai keluarga Islam dan hak-hak yang diberikan oleh Islam kepada perempuan dalam proses reorganisasi kehidupan Islam di Guyana, memberikan konseling dalam pekerjaan dan keterampilan untuk peningkatan peran perempuan serta melaksanakan kegiatan penggalangan dana.