REPUBLIKA.CO.ID, CAIRNS -- Seorang ibu yang membunuh delapan anak-anak di sebuah rumah di Kota Cairns, Australia pada 19 Desember 2014 tidak akan diadili secara pidana. Demikian keputusan Peradilan Kesehatan Mental di Queensland yang dirilis, Kamis (4/5). Peradilan menyatakan wanita tersebut tidak waras saat menikam para korbannya.
Mayat empat anak laki-laki dan empat anak perempuan, yang berusia antara dua hingga 14 tahun, ditemukan di sebuah rumah di jalan Murray Street di daerah Manoora pada 19 Desember 2014. Raina Mersane Ina Thaiday, yang juga dikenal sebagai Mersane Warria, merupakan ibu tujuh anak yang menjadi korban dan tante dari satu korban lainnya. Ia didakwa dengan pasal pembunuhan.
Namun peradilan kesehatan mental tersebut memutuskan Thaiday (kini 40 tahun) tidak bertanggung jawab atas tindakannya. Menurut pengadilan, dia menderita episode psikotik, dipicu oleh skizofrenia yang tidak terdiagnosa.
Keputusan pengadilan diputuskan bulan lalu namun baru dirilis ini dengan sendirinya membatalkan semua tuntutan terhadap Thaiday dan kasus pun dihentikan. Di bawah undang-undang Queensland, orang yang tidak waras dinyatakan tidak bertanggung jawab secara kriminal atas tindakan mereka dan tidak dapat dituntut di masa depan.
Thaiday saat ini diwajibkan mengikuti perintah perawatan di bangsal dengan pengamanan ketat di Pusat Kesehatan Mental di pinggiran Brisbane. Tidak jelas apakah dia akan dilepaskan kembali ke masyarakat.
Dalam pengadilan terungkap sebelum pembunuhan itu, Thaiday tidak memiliki riwayat kriminal dan tidak pernah diobati untuk masalah kesehatan mental. Thaiday tampak duduk terdiam dan tidak menunjukkan emosi saat rincian kasusnya dibacakan di persidangan.
Selama persidangan, dia kebanyakan hanya menatap ke depan, dan secara singkat menyadari kehadiran anak laki-lakinya Lewis, yang menemukan saudara-saudaranya yang meninggal dan ibunya dengan luka tusukan yang dilakukannya sendiri.
'Tidak sesuai karakter'
Tiga psikiater mengatakan kondisi mental Thaiday telah memburuk selama berbulan-bulan. Pada hari-hari menjelang pembunuhan, dia yakin bisa berkomunikasi dengan roh, melempar barang-barang dari rumah ke halaman, dan bolak-balik di jalan sambil berteriak.
Menurut psikiater, ketika Thaiday akhirnya bertindak dengan kekerasan, dia tidak berada di bawah pengaruh narkoba, alkohol atau zat lainnya.
Psikiater Dr Pamela van de Hoef mengatakan bahwa Thaiday didorong oleh keyakinan keliru yang tak kukuh dan tindakannya mengejutkan karena tidak sesuai karakter. "Dia percaya pada saat itu, dan beberapa hari dan minggu sebelumnya, kiamat sudah datang," katanya.
Seorang psikiater lainnya, Dr. Jane Phillips, mengatakan Thaiday menderita psikosis skizofrenia parah. "Dia mendengar suara seekor burung... dan percaya itu adalah pesan dia harus membunuh anak-anaknya untuk menyelamatkan mereka," katanya dalam persidangan.
'Skizofrenia yang paling buruk'
Hakim Jean Dalton mengatakan pembelaan mengenai ketidakwarasan tersangka dibuat berdasarkan bukti yang sangat meyakinkan. "Thaiday menderita penyakit jiwa yang membuat kehilangan kapasitas pada saat pembunuhan tersebut," kata Hakim Dalton.
"Artinya, dia berhak mendapatkan pembelaan terkait pikiran yang tidak sehat. Bukti-buktinya tidak diragukan. Tidak ada keraguan mengenai kesimpulan hukum yang diputuskan dari situ," jelasnya.
Dr Frank Varghese, salah satu dari dua psikiater yang membantu Hakim Dalton, mengatakan "keadaan delokalional apokaliptik" yang dialami Thaiday adalah salah satu kasus skizofrenia terburuk yang pernah dia lihat. Dia mengatakan hal itu mungkin dipicu oleh penggunaan ganja oleh Thaiday dalam jangka panjang. Dia berhenti menggunakan ganja beberapa bulan sebelum pembunuhan terjadi.
"Ini adalah skizofrenia yang sangat mendalam dan yang terburuk dari segi teror bagi pasien, dan juga konsekuensi bagi korban yang terbunuh," katanya.
Hakim Dalton mengizinkan Thaiday untuk sewaktu-waktu keluar ke halaman tempat perawatannya dengan pengawalan. Menurut psikiater, hal itu dapat membantu perawatannya.
Diterbitkan Kamis 4 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di ABC News