REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Pemerintah Kabupaten Bandung menargetkan perbaikan rumah yang rusak akibat banjir bandang Sungai Ciwidey, Rabu (3/5) kemarin akan dilakukan secara cepat. Saat ini, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung tengah melakukan assesment termasuk kemungkinan akan dilakukan relokasi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bandung, Sofian Nataprawira mengatakan pihaknya akan segera memperbaiki rumah rusak akibat banjir bandang. Namun, diketahui rumah-rumah yang rusak berada di bantaran sungai tidak diperbolehkan berdiri.
"Kami akan melakukan koordinasi dengan BBWS dan PUPR. Selain itu, kami membantu untuk korban banjir bantuan dari dinas sosial, fasilitas kesehatan," ujarnya kepada wartawan, Jumat (5/5).
Ia menuturkan, rumah-rumah yang berada di bantaran sungai tidak diperbolehkan berdiri. Sebab, seharusnya dari bantaran sungai dengan bangunan harus memiliki jarak kurang lebih mencapai 6 meter. Diketahui, bangunan yang berdiri milik warga berada di atas tanah adat.
Terkait dengan tidak adanya pengungsian bagi korban banjir bandang. Menurutnya, hal itu karena para korban banjir banyak yang menginap dan tinggal di rumah saudaranya. Sehingga tidak diperlukan pengungsian. Dirinya memastikan penanganan banjir bandang Ciwidey ini akan lebih efektif.
Dirinya menuturkan, pihaknya tidak hanya melakukan perbaikan infrastruktur jalan dan rumah yang rusak parah, namun rumah terkena dampak banjir yang ada di bantaran sungai agar segera dievakuasi untuk mencegah banjir susulan.
Sofian menambahkan, yang harus dilakukan segera adalah pemulihan infrastruktur dasar (air, listrik, tempat tinggal) serta pemulihan fasilitas umum (sekolah, dan lainnya). Terkait dengan alih fungsi lahan, pihaknya akan merumuskan bersama jalan keluar baik dari segi kewenangan perangkat daerah untuk mengelola hutan-hutan yang beralih fungsi, juga segi aktivitas perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung, Asep Kusumah mengatakan di hulu Sungai Ciwidey terdapat lahan yang sangat kritis ditanami tanaman holtikultura oleh warga sebanyak 126 hektar. Hal itu menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir selain faktor anomali cuaca.