REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) Zaitun Rasmin mengatakan Aksi Simpatik 5 Mei (55) akan menjadi yang terakhir dalam aksi menuntut pemidanaan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Ini akan menjadi aksi penutup untuk sementara. Kita akan terima apa pun hasil persidangan," kata Zaitun di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (5/5).
Dia mengatakan aksi bela Islam akan "beristirahat" terlebih dahulu karena tujuan mengawal persidangan Ahok sudah mulai menemui hasil akhir kendati sebagian unsur umat Islam masih menuntut pemidanaan maksimal Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Baca: Aa Gym: Percuma Aksi tanpa Keridhaan Allah
Menurut dia, aksi bela Islam yang berjilid-jilid telah membuahkan hasil positif seperti mendesak proses keadilan dalam persidangan Ahok, bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla, menghadirkan Presiden Joko Widodo dalam salah satu aksi dan hal strategis lainnya. Satu hal yang tidak kalah penting, kata dia, umat Islam mampu menunjukkan persatuan lewat aksi tersebut meski memiliki berbagai perbedaan latar belakang.
"Ada manfaat persatuan, spirit berukhuwah, memperjuangan dan menegakkan keadilan, ini harus terus kita jaga," kata dia.
Pada Aksi Simpatik 55, umat Islam mampu menunjukkan budaya baik dalam menegakkan hukum dan keadilan seperti melakukan protes dengan cara-cara yang sesuai undang-undang. Zaitun mengatakan dalam Aksi Simpatik 55 dia tidak mengerahkan massa menuju Mahkamah Agung untuk menuntut penegakan keadilan persidangan kasus penistaan agama.
GNPF MUI mengajak peserta aksi tetap berada di Masjid Istiqlal sampai kegiatan tersebut selesai. Dia mengatakan GNPF MUI hanya mengirimkan utusan penting ke Mahkamah Agung, salah satunya Ketua GNPF MUI Bachtiar Nasir. Kegiatan Aksi 55 di Masjid Istiqlal diisi dengan nasihat keagamaan dan kebangsaan disertai dengan doa para pemuka agama yang hadir pada kegiatan tersebut.