Senin 22 May 2017 09:28 WIB

Stratton, Pencarian Senjata Pembunuh Massal yang Monoton

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Di balik layar pembuatan film Stratton.
Foto: dok Stratton
Di balik layar pembuatan film Stratton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjalani kehidupan sebagai prajurit Special Boat Service bukan hal yang aneh bagi John Stratton (Dominic Cooper). Mendapatkan misi berbahaya yang menantang nyawa pun sudah biasa dan menjadi makanan keseharian dalam aktivitasnya.

Dalam menjalankan sebuah misi, Stratton selalu didampingi oleh tim dan seorang rekan yang mendampingi langsung di lapangan Marty (Tyler Hoechlin). Mereka berdua pun kembali bersama untuk menyelesaikan misi memusnahkan sebuah senjata pembunuh berbahaya di dalam sebuah pabrik.

Ketika menyusup dalam pabrik Stratton dan Marty menemukan tempat penelitian itu sudah sepi penjaga. Padahal dalam perencanaan tempat penelitian tersebut mendapatkan penjagaan yang sangat ketat. Setelah ditelusuri mereka mendapatkan hal mengejutkan sebab semua penjaga dan peneliti telah tewas terbunuh.

Bahan kimia untuk menjadi alat pembunuh massal itu pun raib. Mereka dibuat kebingungan sebab seharusnya bahan kimia itu harus segera dihilangkan sebelum jatuh ke tangan orang-orang tidak bertangung jawab.

Ketika akan meninggalkan pabrik yang menjadi tempat penelitian itu, seketika mereka disergap oleh serangan teroris. Dengan diketuai Grigory Barovsky (Thomas Kretschmann) mantan agen MI6, kelompok itu berhasil membunuh Marty dalam tugas.

Kepergian Marty pun sangat membawa duka pada Stratton. Terlebih lagi dia harus bermitra dengan seseorang yang dekat dengan rekannya dulu Hank (Austin Stowell).

Stratton merupakan film thriller yang mengandalkan adegan-adegan aksi melibatkan banyak tembakan, kejar-kejaran, dan ledakan. Adegan itu dibalut dengan plot tentang aksi si baik mengejar si buruk untuk menyelamatkan dunia. Cerita tersebut bukan hal asing lagi dan sangat mudah ditemukan di mana pun, apalagi untuk film luar negeri sekelas Hollywood.

Pekerjaan terbesar pembuat film yang ingin mengangkat kisah itu dengan membuat cerita tidak monoton dan dapat dinikmati dengan cara berbeda. Hanya saja, film arahan Simon West ini tidak memberikan sesuatu yang baru. Aksi yang bisa kita lihat pada film lain dengan karakter yang juga tidak jauh beda, seakan film Stratton mendapatkan sentuhan jauh berbeda dari anak-anak pendahulunya seperti Lara Croft: Tomb Raider dan The Expendables 2.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement