REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Tragedi bom yang mengerikan di konser Ariana Grande di Manchester, Inggris pada Senin (22/5) malam waktu setempat terjadi ketika Grande telah menyelesaikan konsernya. Konser tur internasional "Dangerous Woman" itu telah berlangsung sejak Februari lalu.
Manajemen mengatakan Grande tidak ikut terluka dan dia baik-baik saja. "Ariana baik-baik saja. Kami masih melakukan penyelidikan lebih jauh tentang apa yang terjadi," kata juru bicara Joseph Carozza, menurut The New York Times.
Sementara itu konser tur internasionalnya selanjutnya dijadwalkan akan digelar di London pada Kamis (25/5) waktu setempat. Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan terhadap kejadian tersebut.
Polisi tidak segera memberikan keterangan mengenai penyebab ledakan atau kemungkinan yang diduga bertanggung jawab terhadap ledakan tersebut. Polisi masih menyimpulkan ini adalah serangan teroris.
"Saat ini masih dianggap sebagai insiden teroris sampai polisi mengetahui sebaliknya," kata Kepolisian Manchester melalui akun Twitter pada Senin (22/5) malam.
Baca: Pengunjung Konser Sempat Mengira Ledakan Balon Meletus
Ledakan itu menewaskan setidaknya 19 orang dan sekitar 50 orang luka-luka. Polisi menerima laporan terjadi ledakan di Manchester Arena sebelum pukul 22.35 waktu setempat. Arena yang terletak di Inggris utara itu memiliki kapasitas 21 ribu orang. Dan menurut situs web manajemen lokasi tersebut, panggungnya bisa menarik satu juta orang setiap tahunnya.
Menurut juru bicara manajemen Manchester Arena, lokasi ledakan berada di luar panggung, di tempat para pengunjung berkumpul. Sedangkan saksi mata menggambarkan kekacauan saat terjadi ledakan saat para penonton konser berusaha melarikan diri.
"Penonton berusaha melarikan diri saat mendengar ada ledakan sesaat setelah konser berakhir," kata saksi mata kepada Evening News, media Manchester.
"Kami melihat asap, semuanya langsung berlari. Beberapa orang terluka dan kami melihat beberaoa orang berdarah saat ikut melarikan diri. Semua orang berhamburan ke semua tempat," kata David Richardson, seorang pengunjung yang datang bersama anaknya Emily (13 tahun).