REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat menilai inflasi akan meningkat signifikan di bulan Ramadhan. Diprediksi inflasi pada Juni bisa naik hingga 0,67 persen month to month (mtm) dibandingkan periode Mei yang diproyeksi sebesar 0,55 persen mtm.
"Faktornya, harga beberapa komoditas pangan telah menunjukkan kenaikan hingga 40 persen. Hal itu terutama bawang putih, ayam, dan telur," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira kepada Republika.co.id, Senin, (29/5).
Menurutnya, dampak dari penyesuaian tarif listrik per 1 Mei lalu juga kemungkinan masih terasa sampai Juni. "Juni merupakan puncak inflasi di 2017," tegas Bhima.
Ia menjelaskan, tingginya angka inflasi perlu diwaspadai untuk tahun ini. Sebab, inflasi yang tinggi bisa menggerus daya beli masyarakat. Jika begitu, secara otomatis pertumbuhan konsumsi rumah tangga tidak bisa mendongkrak perekonomian.
"Target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pun jadi sulit tercapai," katanya. Bhima menambahkan, di sisi lain kenaikan harga komoditas seperti minyak, dapat mendorong kenaikan inflasi dari sisi administered price atau harga yang diatur pemerintah.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, tingkat inflasi pada Mei dan Juni akan terjaga dj level rendah meski bertepatan dengan Ramadhan dan Lebaran. Hal itu karena, pemerintah dianggap telah memastikan pasokan bahan pangan strategis agar mencukupi.