REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Diyah Puspitarini menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi para buruh perempuan di industri tembakau yang terancam kesehatannya.
"Pekerja perempuan di pabrik rokok sangat mendominasi dibandingkan laki-laki. Pekerja perempuan memiliki risiko sebagai perokok pasif dan gangguan lain yang berhubungan dengan tembakau," kata Diyah melalui siaran pers diterima di Jakarta, Rabu (31/5).
Diyah mengatakan pekerja perempuan di industri tembakau rawan terkena gangguan paru, kanker kulit, dan lainnya karena setiap hari bersinggungan dengan tembakau.
Para pekerja perempuan itu juga berpotensi terkena toksin nikotin rokok karena intensif berhubungan dengan tembakau olahan setiap hari. Debu tembakau dalam proses pemotongan maupun produksi bisa mengganggu kesehatan.
"Selain itu, mereka juga rentan gejala kurang darah atau anemia karena tuntutan pekerjaan. Dampak lainnya selain aspek kesehatan bagi konsumsi rokok aktif maupun pasif yaitu aspek psikologis, ekonomi, sosial dan lingkungan," ujar Diyah.
Sebagai organisasi perempuan yang menaungi perempuan muda usia 17 tahun hingga 40 tahun di bawah Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah peduli dengan isu pengendalian tembakau karena korban rokok kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak.
Karena itu, pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017, Diyah mengajak seluruh elemen pemerintah dan masyarakat untuk melakukan sosialisasi dan edukasi tentang bahaya merokok dimulai dari lingkungan terdekat.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap 31 Mei. Pada 2017, tema yang diusung adalah "Tembakau Ancaman bagi Pembangunan".