Senin 12 Jun 2017 20:15 WIB

Demokrat Jajaki Koalisi dengan PDIP di Jateng

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo (kiri).
Foto: antara/yudhi mahatma
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Partai Demokrat menjajaki koalisi dengan PDI Perjuangan untuk mengusung Ganjar Pranowo pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018.

"Kami sadar jumlah kursi (di DPRD Provinsi Jawa Tengah) hanya tujuh sehingga harus membangun koalisi dengan partai lain dalam mengusung petahana pada Pilgub Jateng," kata Pelaksana tugas Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Jawa Tengah Pramono Edhie Wibowo di Semarang, Senin (12/6).

Menurut dia, Partai Demokrat sangat memungkinkan berkoalisi dengan PDI Perjuangan untuk mencalonkan Ganjar Pranowo. Apalagi kalau partai berlambang banteng moncong putih itu memberikan kesempatan berkoalisi.

Kendati demikian, ia belum mau memastikan kalau Partai Demokrat akan berkoalisi dengan PDIP pada Pilgub Jateng mendatang.

"Koalisi belum mengerucut ke parpol apa karena masih ada waktu dan kami siap untuk jadi posisi wakil, artinya peluang itu besar kalau memang ada kesempatan dan sangat bisa, koalisi tidak diharamkan," ujarnya didampingi Sekretaris DPD Partai Demokrat Jawa Tengah Dani Sriyanto.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menjelaskan Demokrat sedang melakukan penjaringan kader internal untuk menentukan tiga nama sebagai bakal calon wakil gubernur pada pilgub mendatang. Dari tiga nama itu, Demokrat akan memilih satu nama.

"Saya ingin kader Demokrat itu didukung oleh kader Demokrat sendiri dan tiga nama yang muncul dari penjaringan akan saya bicarakan dengan kader-kader di semua tingkatan," kata dia. 

Sebelumnya, Dani menyebutkan bahwa Partai Demokrat sedang melihat elektabilitas Ganjar Pranowo dalam menentukan kandidat kepala daerah yang akan diusung dalam pemilihan gubernur 2018.

Menurut dia, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menilai kinerja Ganjar Pranowo setelah sekitar empat tahun memimpin provinsi ini.

"Kami masih melihat respons masyarakat, tetapi semua kembali ke masyarakat dalam menilai," ujar dia. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement