REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kenaikan harga minyak dunia bisa memicu penyesuaian harga bahan bakar minyak di dalam negeri dan laju inflasi secara tidak langsung.
"Kalau harga naik, tentu inflasi akan naik," kata Darmin saat melakukan rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Rabu (14/6).
Darmin menjelaskan harga minyak di pasar internasional yang cenderung meningkat juga menambah beban pemerintah untuk menambah alokasi subsidi, apabila tidak ada perubahan dalam harga bahan bakar minyak. Saat ini pemerintah masih memberikan alokasi anggaran untuk subsidi energi di APBN terutama bahan bakar minyak jenis solar, elpiji tiga kilogram dan bahan bakar nabati. "Kita bisa menaikkan subsidi sampai Rp60 triliun, daripada naik seperti itu, mending harganya dinaikkan," ujar Darmin.
Meski demikian, kata Darmin, pemerintah telah memiliki perhitungan tersendiri dalam menghadapi persoalan global ini dan terus mengupayakan agar laju inflasi tetap terkendali. Mantan Gubernur Bank Indonesia ini juga memastikan pemerintah belum akan membuat kebijakan untuk merespon pergerakan harga minyak dunia, terutama pada periode jelang Lebaran.
Sebelumnya, pemerintah telah berupaya untuk menjaga inflasi dari bahan makanan (volatile food) sejak awal tahun dengan menyiagakan pasokan agar laju inflasi terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat laju inflasi tahun kalender Januari-Mei 2017 telah mencapai 1,67 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (year on year) sebesar 4,33 persen. Namun, dalam tiga bulan terakhir, inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor harga diatur pemerintah (administered prices) terutama dari kenaikan tarif listrik untuk rumah tangga 900 VA. Oleh karena itu, pemerintah akan mengelola pergerakan harga bahan bakar minyak maupun tarif listrik agar inflasi pada akhir tahun berada dalam target empat persen plus minus satu persen.