Kamis 15 Jun 2017 23:21 WIB

Aher: Hasil Pertanian Jawa Barat Terus Meningkat

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Didi Purwadi
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, mengapresiasi program pemerintah pusat dalam peningkatan pertanian di Jawa Barat. Salah satunya kerjasama antara Kementerian Pertanian dan juga aparat TNI.

Heryawan mengatakan dengan program tersebut ada peningkatan pertanian yang cukup signifikan di Jawa Barat. Baik hasil juga perluasan sawah.

"Peningkatannya (hasil pertanian) bagus kita dari 11 juta ke 12,5 juta ton pertahun, jadi terlihat dampak positifnya. Perluasan sawah terjadi baru ribuan hektar, artinya ini cukup bagus juga," kata Heryawan di Masjid Al Mutaqin Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (15/6).

Menurutnya, dalam program tersebut pemerintah pusat menginisiasi gerakan tanam serentak. Sehingga, panen hasil pertanian juga dilakukan serentak untuk mendapat stok yang berlimpah.

Dengan kegiatan tersebut, pria yang akrab disapa Aher ini menilai dampak positif bukan hanya dari hasil pertanian yang melimpah. Namun juga bisa mengantisipasi lonjakan harga pangan.

"Alhamdulillah soal pertanian bagus. Terbukti juga goncangan harga tidak seberapa. Dalam urusan pangan ini, paling enak suasananya," ujarnya.

Ia pun berharap ke depannya bisa terus bekerjasama dengan pemerintah pusat terkait permasalahan pangan. Salah satunya yang ingin dikolaborasikan adalah permasalahan distribusi pangan.

Sebab, ujarnya, distribusi pangan kerap menjadi salah satu faktor lonjakan harga yang merugikan masyarakat. Karenanya, ia ingin ada kerjasama dalam hal distribusi agar memutus rantai penyaluran pangan dari produsen ke konsumen.

"Sekarang kita ingin juga bekerjasama dalam distribusi. Supaya distribusi betul ada pindah tangan, betul ada laba tapi laba yang wajar. Jangan sampai bermasalah di hukum. Ketika di petani dibeli sangat murah, sampai di konsumen dibeli sangat mahal. Tengah-tengah ada biaya distribusi yang panjang, yang dinikmati segelintir orang. Kan kapitalisme juga kalau begitu," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement