REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar berpendapat, kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan cenderung bukan sekadar tindak pidana biasa. Tetapi, kasus tersebut menurutnya adalah konspirasi yang dilakukan oleh segolongan orang.
Maka dari itu, menurutnya, sangat wajar jika Novel beranggapan ada pejabat tinggi sekelas jenderal polisi yang terlibat dalam kasus tersebut. "Kasus NB (Novel Baswedan) cenderung bukan sekadar tindak pidana biasa, tetapi suatu konspirasi yang dilakukan sekelompok orang. Karena itu, jika dikatakan ada pejabat tinggi, apakah itu polisi atau orang sipil terlibat, saya kira tidak ada masalah," kata Bambang saat dihubungi Republika.co.id, Senin (19/6).
Bambang melanjutkan, maksud Novel mengeluarkan pernyataan adanya indikasi jenderal polisi terlibat kemungkinan karena yang bersangkutan ingin dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Mestinya, pernyataan tersebut membuat polisi lebih tertantang untuk mengungkap kasus penganiayaan tersebut secara tuntas.
"Mungkin maksud Novel agar pernyataan dia itu dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Di sinilah tantangan buat Polri untuk mengungkap kasus NB secara tuntas," ucap Bambang.
Seperti diketahui, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan buka suara mengenai kasus penyiraman air keras terhadap dirinya. Dalam sebuah wawancara kepada Time, Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya.
Novel kemudian berharap polisi bisa segera menemukan pelakunya. Namun, sekitar dua bulan sejak peristiwa itu terjadi, polisi hingga kini belum menemukan pelakunya. Novel pun menduga ada "orang kuat" yang menjadi dalang serangan itu.
Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat. "Saya memang mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi terlibat," kata Novel kepada Time.
(Baca Juga: Hari Ini Polisi akan Koordinasi dengan KPK Bahas Novel)