REPUBLIKA.CO.ID, Berita tentang rumah sakit Israel yang merawat pemberontak Suriah telah beredar, namun laporan Wall Street Journal mengungkap bahwa Israel mendanai para pemberontak, bahkan para pemberontak mengatakan mereka "tidak akan bertahan" tanpa bantuan tersebut.
Menurut laporan The Wall Street Journal, Israel secara diam-diam memberikan bantuan kepada pemberontak Suriah di Dataran Tinggi Golan selama bertahun-tahun, dengan tujuan untuk mempertahankan kekuatan persahabatan di zona penyangga, menjaga ISIS dan pasukan yang selaras dengan Iran di teluk.
Dukungan tersebut bersifat substansial dan langsung. Menurut laporan itu, dukungan diberikan berupa dana tunai, makanan, bahan bakar dan persediaan medis. Nyatanya beberapa kelompok bersenjata dan sebagian besar penduduk sipil di wilayah tersebut bergantung pada bantuan Israel.
Adapun laporan The Wall Street Journal tersebut berdasarkan temuan dan informasi yang diberikan oleh setengah lusin pemberontak dan tiga orang yang akrab dengan pemikiran Israel.
Mereka mengatakan bahwa transaksi rahasia Israel dengan pemberontak dimulai pada awal 2013 di bawah mantan Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon dan terus ada sampai hari ini. Tujuannya, untuk menjaga kelompok pro-Iran, seperti Hizbullah, jauh dari perbatasan.
Sumber-sumber ini mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa sebuah unit khusus dipahat dari tentara Israel untuk mengawasi operasi bantuan tersebut. Selain itu, Israel dikatakan telah mempertimbangkan situasi tersebut cukup jauh sebelumnya sehingga menetapkan sebuah anggaran khusus untuk diinvestasikan dalam upaya itu.
Pemberontak di Suriah mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa Fursan al-Joulan (Knights of the Golan) adalah kelompok utama yang berkoordinasi dengan Israel dan menerima dana sekitar 5.000 dollar per bulan, namun kelompok ini tidak menerima dukungan dari negara-negara Barat lainnya dan tidak terafiliasi dengan tentara Suriah.
"Israel berdiri di pihak kita dengan cara yang heroik. Kami tidak akan bertahan tanpa bantuan Israel," kata juru bicara kelompok tersebut, Moatasem al-Golani kepada Wall Street Journal.
Al-Golani mengatakan bahwa kerja sama dimulai ketika pejuang yang terluka dari kalangan kelompok tersebut berhasil mencapai perbatasan Israel, di mana mereka meminta bantuan dari tentara Israel yang berbicara dalam bahasa Arab. Korban luka-luka tersebut dirawat secara medis di Israel, sekaligus membuka saluran rahasia tersebut.