Senin 26 Jun 2017 22:51 WIB

Pertemuan Presiden Jokowi dengan GNPF MUI Dianggap Tepat

Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir (ketiga kiri) bersama Wakil Ketua GNPF-MUI Zaitun Rasmin (kedua kanan) meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Jakarta, Ahad (25/6).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir (ketiga kiri) bersama Wakil Ketua GNPF-MUI Zaitun Rasmin (kedua kanan) meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Jakarta, Ahad (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio memberikan apresiasi atas pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI).

"Tentang pertemuan Presiden dengan GNPF-MUI ini positif bagi Indonesia. Presiden mengambil langkah yang tepat bila mengambil jalan musyawarah dengan GNPF apalagi bila membahas kedatangan HRS (Habib Rizieq Shihab)," kata Hendri kepada Antara di Solo, Jawa Tengah, Senin (26/6) malam.

Menurutnya, dampak dari pertemuan tersebut memberikan hasil positif buat Indonesia dan juga positif untuk pencalonan Presiden di periode kedua 2019, terutama tentang pribadi yang dicitrakan bersebrangan.

"Momen Lebaran 2017 ini kemungkinan besar dimanfaatkan Presiden yang mulai menyadari bahwa citra Presiden yang dianggap bersebrangan dengan mayoritas pemeluk agama yang makin menggerus elektabilitas Presiden," katanya.

Namun, ia juga menilai bila pertemuan ini tidak ditindaklanjuti maka kemungkinan besar akan makin turun citranya. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menerima kedatangan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir beserta pengurus lainnya dalam rangka silahturahmi Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah.

Dalam menerima pengurus GNPF-MUI ini, Presiden didampingi Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. "Ini adalah menerima silahturahmi dari Pak Nasir dan kawan-kawan. Jadi ini atas permintaan mereka," kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Pratikno mengungkapkan, saat acara Presiden dan Wakil Presiden menggelar "open house" yang diselenggarakan di Istana Negara, dirinya dihubungi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan keinginan Bachtiar Nasir dan kawan-kawan ingin menghadap Presiden.

"Tadi Pak Presiden saya lapori saat 'open house' dan beliau mengatakan 'open house' siapa saja kita tunggu," ungkap Pratikno.

Atas dasar itu, lanjut Pratikno, Menag berkonsultasi dengan Menko Polhukam dan selanjutnya menghubungi Bachtiar Nasir jika ingin menghadap Presiden. "Beliau-beliau ini datangnya sudah jam 11 lebih dan Pak Presiden ada acara sawalan di Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri) jadi terlambat. Akhirnya pak Presiden kembali dari rumah Ibu Mega ke sini menerima silahturahmi dari Pak Nasir dan kawan-kawan," ungkap Pratikno.

Mensesneg menegaskan bahwa pertemuan ini hanya silahturahmi dalam rangka acara "open house" yang diadakan Presiden menyambut Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah. Namun Pratikno mengaku pihak GNPF-MUI meminta kepada Presiden untuk mendapat akses komunikasi dengan kepala negara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement