REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Dinas Kesehatan Provinsi Papua terus memantau perkembangan penanganan 200 bayi terserang penyakit diare di Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke. "Belum ada laporan tertulis Dinkes Merauke, sehingga Diskes Provinsi Papua belum bisa mengambil langkah seperti membentuk dan mengirimkan tim ke Kimaam. Khawatir nanti Dinkes Provinsi seolah-seolah terlalu intervensi," kata Kasi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Papua, Yamamoto Sasari di Jayapura, Jumat (30/6).
Dinkes Papua dengan Kementerian Kesehatan akan turun ke Kimaam apabila sudah ada laporan dan permohonan dari Dinkes Kabupaten Merauke. "Kalaupun tidak ada laporan dan permohonan bantuan dari Dinkes Merauke, sekiranya keadaanya cukup memprihantinkan maka Dinkes Provinsi Papua tetap berkewajiban untuk intervensi," tegasnya.
Tapi kalau Dinkes Merauke sudah melakukan langkah penanganan maka Dinkes Provinsi Papua sementara masih menunggu perkembangan keadaan, karena selain medannya berat dan cukup sulit untuk menjangkau lokasi. Menurutnya, kini pihaknya sementara menunggu informasi balik kira-kira berapa banyak biaya yang dibutuhkan dari Merauke sampai ke Distrik Kimaam.
"Kalau kita mau dorong tim ke sana berarti kita harus tau total biaya transportasinya dulu, karena dari Merauke harus carter pesawat ke Distrik Kimaam, ketika sampai di Kimaam nanti carter spedboat lagi untuk melanjutkan perjalanan ke kampung-kampung," ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 200 bayi dikabarkan terserang penyakit diare di Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, Senin (26/6), lalu. Dinas Kesehatan Merauke sudah menurunkan tim kesehatan ke Distrik Kimaam untuk melayani ratusan bayi yang terserang penyakit diare di distrik tersebut.
"Kami sudah menurunkan tim ke Distrik Kimaam untuk menangani penyakit diare di distrik tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Merauke dr Adolof Bolang ketika dikonfirmasi dari Jayapura. Menurutnya, tim diturunkan ke Kimaam pada Jumat (29/6) karena baru bisa mendapatkan transportasi pesawat ke wilayah itu.