Kamis 06 Jul 2017 06:33 WIB

Norwegia: Perundingan Brexit tidak akan Selesai Tepat Waktu

Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg.

REPUBLIKA.CO.ID, KONGSBERG -- Negosiasi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa tidak mungkin selesai tepat waktu pada awal 2019, dan tindakan sementara mungkin diperlukan sebelum kesepakatan akhir tercapai, kata Perdana Menteri Erna Solberg dari non-Uni Eropa Norwegia, Rabu (5/7).

"Saya pikir kebanyakan orang menyadari semua rinciannya tidak akan lengkap, jadi akan ada banyak solusi sementara yang dibutuhkan," kata Solberg kepada Reuters di sela-sela konferensi bisnis.

Negara Nordik itu mengikuti dengan seksama pembicaraan keluarnya Inggris dari Uni Eropa karena hasilnya akan sangat mempengaruhi masa depan hubungannya dengan Inggris, mitra dagang terbesarnya. Pada akhir Mei, Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan siap untuk meninggalkan perundingan Brexit tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa jika kesepakatan tersebut tidak cukup baik.

"Kami akan berada di sana untuk menegosiasikan kesepakatan yang tepat tapi apa yang saya katakan adalah tidak ada kesepakatan yang lebih baik daripada kesepakatan yang buruk. Kami harus siap untuk keluar," katanya saat wawancara dengan Sky News.

Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Inggris akan diperlakukan dengan adil oleh Uni Eropa setelah keluar dari kelompok tersebut, namun Brexit tetap memiliki dampak.

Inggris secara resmi mengumumkan niat meninggalkan kelompok 28 negara tersebut pada Maret dan menyatakan keinginannya tetap menjaga hubungan dekat dengan Uni Eropa saat keluar. Baru-baru ini, Merkel berulang kali menyatakan Inggris pasti tahu negara itu tidak bisa mengharapkan hubungan sedekat dulu lagi jika sudah tidak menjadi anggota.

Pada bulan lalu, Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble mengatakan Inggris harus mengerti London tidak akan memiliki kelebihan daripada 27 sejawatnya di Uni Eropa begitu perundingan mengenai pengeluaran negara itu (Brexit) dari kelompok tersebut selesai.

"Tidak ada makan siang gratis," kata Schaeuble kepada Funke Media Group, menggunakan ungkapan bahasa Inggris, "Orang Inggris pasti tahu itu."

Kanselir Angela Merkel juga memperingatkan warga Inggris tidak menipu diri bahwa mereka akan terus menikmati hak Uni Eropa setelah Brexit dan bersikeras kelompok tersebut hanya akan menyepakati masa depan hubungan dengan London setelah mereka memutuskan kesepakatan keluar.

Sementara itu, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengumumkan Uni Eropa akan mengeluarkan pedoman soal perundingan pemisahan Inggris dari Uni Eropa.

Dengan menggarisbawahi "sebagian besar masyarakat Eropa, termasuk hampir setengah pemilih Inggris berharap kita tetap bersama, tidak terpisah", Tusk mengatakan, "Tidak ada alasan untuk berpura-pura ini hari menyenangkan, bukan untuk Brussel, bukan untuk London."

Namun, ia bersikeras "Brexit membuat kita, masyarakat 27 negara, memiliki tekad lebih kuat dan lebih menyatu jika dibandingkan dengan sebelumnya".

Tusk menggambarkan perundingan Brexit yang akan segera berlangsung sebagai pengendalian kerusakan. Ia mengatakan tujuan Uni Eropa adalah mengurangi kerugian terhadap warga negara, pengusaha dan negara anggota Uni Eropa. Bersamaan dengan pernyataan Tusk kepada media massa, Dewan Eropa mengeluarkan pernyataan yang menyayangkan surat pemberitahuan dari Inggris bahwa negara itu memisahkan diri dari Uni Eropa.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement