REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT -- Pemerintah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Yordania telah sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata di wilayah barat daya Suriah mulai pada Ahad (9/7) besok. Gencatan senjata akan berlangsung di sepanjang titik yang disepakati antara Pemerintah Suriah dan oposisi.
Selama ini, AS dan Rusia telah berada di pihak berlawanan dalam konflik Suriah. Moskow mendukung pemerintah negara itu yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al Assad. Rusia mendukung pasukan rezim Assad dengan melakukan intervensi militer pada 2015. Serangan udara secara signifikan juga dilakukan untuk memukul mundur oposisi Suriah.
Sementara, Washington berada di pihak oposisi. AS selama ini telah memberikan dukungan terhadap kelompok-kelompok yang berupaya menggulingkan Assad dan telah meminta pemimpin negara itu untuk mundur meninggalkan kekuasaannya.
Konflik Suriah yang dimulai sejak 2011 telah membuat lebih dari 400 ribu orang tewas. Tak hanya itu, 5.5 juta orang lainnya juga meninggalkan negara Timur Tengah itu. PBB mencatat secara resmi ada 6,3 juta yang menjadi pengungsi dan mencoba mencari suaka.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan wilayah yang akan diberlakukan gencatan senjata mencakup Daraa, Quneitra, dan Sweida. Kesepakatan ini menurutnya tercapai beberapa bulan setelah Rusia dan AS melakukan pertemuan rahasia di Suriah. "Rusia dan AS akan berkoordinasi dengan Yordania, di mana kami bertindak sebagai penjamin atas kepatuhan kesepakatan gencayan senjata oleh semua pihak," ujar Lavrov, dilansir BBC, Sabtu (8/7).
Pengumuman gencata senjata ini juga berlangsung menyusul pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di sela-sela KTT G20 di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7). Kedua pemimpin yang untuk pertama kalinya bertatap muka disebut membahas berbagai isu yang melibatkan dua negara, termasuk Suriah dan berharap untuk memperbaiki hubungan diplomatik mereka.
Sebelumnya, Rusia memiliki keyakinan bahwa AS di masa kepemimpinan Trump dapat membuat kedua negara yang merupakan mantan musuh era Perang Dingin itu lebih baik. Moskow dan Washington dinilai dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah terkait kepentingan internasional.
Namun, setelah adanya dugaan serangan senjata kimia yang dilakukan Pemerintah Suriah pada 4 April lalu di sebuah kota yang dikuasai oposisi negara itu, Trump memberi peringatan. Langkah balasan atas dugaan itu kemudian dilakukan AS dengan menembakkan rudal jelajah Tomahwak ke pangkalan udara militer Suriah di Shayrat, Provinsi Homs yang disebut menjadi gudang penyimpanan senjata berbahaya tersebut pada 7 April. "Sikap saya terhadap Suriah dan Assad telah berubah sangat banyak dan saya memiliki tanggung jawab untuk menangani itu," kata Trump saat itu.