Selasa 11 Jul 2017 18:16 WIB

Keterlibatan Masyarakat Kunci Pencegahan Terorisme

Lily Wahid
Lily Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterlibatan masyarakat dan penguatan nilai-nilai Pancasila dinilai menjadi kunci pencegahan radikalisme dan terorisme ke depan. Berdasarkan itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus terus merangkul seluruh elemen masyarakat dalam memasifkan pencegahan terorisme. Selain itu, BNPT juga wajib memperkuat kerjasama dengan lembaga terkait, baik pemerintah maupun ormas dalam penguatan nilai-nilai Pancasila.

"Pelibatan masyarakat ini mutlak dilakukan karena faktanya banyak pelaku teroris akhir-akhir ini yang berhasil melakukan aksinya karena luput dari pengamatan masyarakat sekitar. Bandingkan dengan dulu, orang yang 'aneh-aneh' lebih mudah dideteksi, baik itu oleh aparat maupun lingkungan sekitar," kata tokoh kebangsaan Lily Wahid menyambut 7 tahun keberadaan BNPT di Jakarta, Selasa (11/7). BNPT resmi dibentuk berdasarkan Perpres Nomor 46 tahun 2010 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 16 Juli 2010. 

Mantan anggota DPR RI dari PKB ini menyarankan digalakkan lagi peraturan bagi tamu atau orang baru yang lebih dari 24 jam di setiap lingkungan harus lapor ke RT/RW setempat, terutama di tempat-tempat kos atau kontrakkan. Ia menilai, aturan ini saat ini sudah banyak diabaikan sehingga tamu atau orang baru yang lolos dari pengamatan aparat setempat.

Selain itu, aparat keamanan terutama di tingkat desa dan kecamata juga ikut proaktif seperti dulu yang dilakukan di setiap Polsek dan Koramil. "Dulu, kalau ada orang 'aneh-aneh' didatangi Babinsa atau 

BabinKamtibmas langsung selesai. Sekarang itu harus dilakukan lagi agar pergerakan terorisme mulai dari tingkat akar rumput sudah terdeteksi," imbuh Lily Wahid.

Lily Wahid juga menyoroti menurunnya pemahaman nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Ia menilai saat ini pemahaman Pancasila di masyarakat sudah sangat tipis, bahkan bisa dibilang sudah lepas dari ingatan bangsa Indonesia. Hal ini tidak lepas dari sistem pendidikan di Indonesia dan keberadaan media sosial. Ia menilai penguatan kembali nilai Pancasila tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi lewat jalur informal.

"Jalur formal melalui dunia pendidikan itu harus. Itu tidak boleh putus dari mulai pendidikan dasar sampai tinggi. Kalau jalur informal, bisa melalui berbagai hal. Contohnya, Amerika saja menumbuhkan rasa percaya diri sebagai bangsa melalui film. Kita juga bisa meniru cara itu yaitu setiap film harus ada konten-konten untuk memberi pelajaran kepada masyarakat tentang kebangsaan. Saya rasa itu bisa efektif dalam membangun kembali jiwa Pancasila bangsa kita," papar Lily Wahid.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement