Kamis 13 Jul 2017 18:50 WIB

Andrinof: Ibu Kota Baru Harus Berkelas Dunia

Andrinof Chaniago (ilustrasi)
Foto: Republika/ Rendra Purnama
Andrinof Chaniago (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kebijakan publik Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan ibu kota baru Indonesia yang direncanakan akan dibangun harus bisa menjadi kota berkelas dunia yang disiapkan untuk ratusan tahun ke depan.

"Kita selama ini hanya tinggal di kota warisan kolonial. Akibatnya, pembangunan dan perkembangan kotanya secara sporadis dan tambal sulam," kata Andrinof saat dihubungi di Jakarta, Kamis (13/7).

Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu mengatakan ibu kota baru harus futuristik dan bisa memenuhi kebutuhan dan kebanggaan bangsa Indonesia. Saat ditanya bagaimana kriteria wilayah yang ideal untuk dibangun ibu kota baru, Andrinof mengatakan harus berada di tengah Indonesia dan di luar Pulau Jawa.

"Tentu yang dipilih harus lahan yang relatif masih kosong atau kepadatan penduduknya masih rendah serta memiliki daya dukung lingkungan seperti ketersediaan air dan akses transportasi," tuturnya.

Namun, saat ditanya daerah mana di wilayah Indonesia yang tepat untuk menjadi ibu kota baru, Andrinof menjawab penentuan daerah harus melalui kajian yang komprehensif. "Kajian yang akan menemukan jawaban. Jangan memaksakan atau membesar-besarkan kota tertentu sebelum ada kajian. Biarkan kajian mencari pilihan lokasi di mana," katanya.

Menurut Andrinof, pengambilan keputusan dan kebijakan untuk memindahkan ibu kota harus berdasarkan kajian, bukan kekaguman terhadap tokoh tertentu, kepentingan daerah tertentu atau pun romantisme masa lalu. "Pemindahan ibu kota harus berdasarkan kepentingan yang lebih besar. Karena itu, perlu ada kajian yang serius," ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement