Selasa 18 Jul 2017 13:14 WIB

Setnov: Apa yang Dituduhkan KPK tidak Benar

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Ratna Puspita
Ketua DPR Setya Novanto usai memenuhi panggilan KPK di gedung KPK, Jakarta, Jumat (14/7).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua DPR Setya Novanto usai memenuhi panggilan KPK di gedung KPK, Jakarta, Jumat (14/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Setya Novanto membantah sangkaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap dirinya dalam kasus dugaan korupsi proyek pengadaan KTP- el. Setnov pun akan membuktikan bantahan tersebut dalam proses hukum yang bakal dia jalani.

"Saya percaya bahwa Allah Subhanahu Wataala yang tahu apa yang saya lakukan, insya Allah apa yang dituduhkan itu tidak benar," ujar dia di Ruang Rapat Pimpinan DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (18/7).

Kendati demikian, Setnov mengatakan, dia menghargai proses hukum yang sedang berjalan di KPK. Ia menyatakan akan mengikuti dan menaati proses hukum yang berlaku.

Dia pun mengatakan belum menerima surat penetapan tersangka dari KPK. Setnov mengaku sudah berkirim surat ke lembaga antikorupsi itu agar ia segera menerima surat penetapan sebagai tersangka.

"Saya akan merenung dan konsultasikan dengan penasehat hukum," kata dia.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Ketua DPR RI, Setya Novanto sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan KTP-Elektronik pada Senin (17/7) kemarin. Ketua KPK Agus Raharjo mengatakan KPK telah temukan bukti permulaan yang cukup untuk menambah jumlah tersangka kasus proyek pengadaan KTP-El.

KPK menetapkan Setya Novanto selaku anggota DPR RI pada 2009 sampai 2011 sebagai tersangka. KPK menduga Setnov menguntungkan diri sendiri sehingga menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun dari paket pengadaan Rp 5,9 triliun. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement