Jumat 21 Jul 2017 09:13 WIB

Chester Bennington dan Masa Kelam Hidupnya

Rep: MUTIA RAMADHANI/ Red: Indira Rezkisari
Vokalis Linkin Park, Chester Bennington.
Foto: dok Republika
Vokalis Linkin Park, Chester Bennington.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Berita kematian tragis vokalis Linkin Park, Chester Bennington menjadi hal paling mengejutkan di pengujung akhir pekan ini. Chester memulai kariernya sebagai bintang rock dengan lirik lagu yang mengatakan dia telah selesai.

"I cannot take this anymore, saying everything I've said before," demikian lirik pembuka 'One Step Closer' di album 'Hybrid Theory' dirilis 2000 silam.

Linkin Park menjadi salah satu band terpopuler di pembuka milenium baru. Band ini sukses berawal dari masa-masa menyakitkan dan penuh perjuangan. Hampir seluruh lagunya berasal dari Chester. Chazzy, demikian panggilan akrabnya bisa dibilang huruf pembuka di setiap lagu Linkin Park dan tentu saja vokalis band paling kuat di antara vokalis band mainstream pada masanya.

"Dia bernyanyi begitu hebatnya, hal sama seperti dia bernyanyi sekarang," kata rapper Linkin Park, Mike Shinoda dalam wawancara bersama Kerrang 2008 lalu.

Chester awalnya mengikuti audisi band baru bentukan Shinoda pada 1999. Dia ingin memadukan musik hip hop dan metal. Bagi Shinoda, warna suara Chester sangat khas.

"Dia bisa menjerit, sungguh-sungguh menjerit seperti pita suaranya terasa sakit. Tapi, suaranya tiba-tiba bisa berubah penuh melodi ballad yang sangat disukai siapapun yang mendengarnya," kata Shinoda.

Musisi kelahiran Phoenix, Arizona, Amerika Serikat ini pernah tampil 2013-2015 bersama Stone Temple Pilots menggantikan vokalisnya Scott Weiland yang meninggal dunia Desember 2015. Kepergian Chester dikaitkan dengan kematian Chris Cornell, vokalis Soundgarden yang bunuh diri di hari ulang tahunnya 18 Mei 2017. Chester pernah membuat surat terbuka berisi rasa kehilangannya atas kepergiaan musisi grunge itu.

"Suaramu adalah kebahagiaan dan derita, kemarahan dan pengampunan, cinta dan rasa sakit yang bergabung menjadi satu. Kurasa begitulah kita. Kamu bisa memahamiku," tulis Chester.

Chester pernah berbicara terbuka tentang penderitaannya dari waktu ke waktu. Dia pernah dilecehkan secara seksual oleh seorang pria tua pada masa kanak-kanaknya. Dia juga menceritakan dalam lagu tentang perjuangannya melawan narkoba dan alkohol untuk menghilangkan trauma masa kecilnya.

Linkin Park adalah band omnivora yang menjodohkan genre rock, pop, dan rap. Shinoda dan anggota band lainnya fokus pada musik, sementara Chester mempermanis lirik dan memberi cerita pada lagu-lagu penuh ketukan teknofuturistik.

Satu hal yang terlihat sama di setiap lagu ciptaan Chester, yaitu lirik-liriknya yang seperti membaca luka dan penderitaan yang sama. Kesannya selalu menceritakan jiwa sensitif dari pria yang mengakhiri hidupnya di usia ke-41 tahun tersebut, seperti masa kelam itu tak bisa dilupakan seumur hidupnya. Chester bernyanyi untuk menyingkirkan godaan untuk menghancurkan dirinya sendiri. Hal itu disampaikannya dalam lagu 'Breaking the Habit' 2003.

I don't know what's worth fighting for, or why I have to scream

I don't know why I instigate, and say what I don't mean

I don't know how I got this way, I'll never be alright

So I'm breaking the habit, I'm breaking the habit, tonight.

Clutching my cure, I tightly lock the door

I try to catch my breath again, I hurt much more

Than anytime before, I had no options left again

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement