REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya mengatakan, harga tiket pesawat antarwilayah di provinsi berbasis kepulauan itu terlalu mahal. Akibatnya, mengganggu kunjungan wisatawan ke daerah itu.
"Harga tiket pesawat terlalu mahal, sehingga banyak orang tidak mau datang ke NTT, padahal pemerintah sedang gencar melakukan promosi pariwisata," kata Gubernur Lebu Raya kepada wartawan di Kupang, Jumat terkait mahalnya harga tiket dan dampaknya terhadap sektor pariwisata NTT.
Gubernur Frans Lebu Raya menutur, ada sejumlah sahabat yang ingin mengunjungi NTT. Tetapi membatalkan rencananya karena harga tiket terlalu mahal atau lebih murah jika melakukan perjalanan ke luar negeri.
"Ada teman saya mengatakan, kalau punya uang Rp 8 juta, bisa jalan-jalan ke Singapura, sudah termasuk akomodasi, tetapi kalau ke NTT tidak cukup, karena harga tiket saja sudah mahal," kata Gubernur Lebu Raya.
Dia mengatakan, harga tiket yang mahal juga telah berdampak pada tingkat inflasi di daerah itu. Lebu Raya mengatakan, telah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar harga tiket batas atas dan batas bawah perlu diatur kembali, sehingga tidak memberatkan masyarakat sekaligus mendukung pengembangan pariwisata di NTT.
"Pemerintah sudah mengusulkan agar harga tiket perlu diatur kembali, sehingga maskapai penerbangan tidak sewenang-wenang menaikan harga tiket, terutama pada musim liburan sekolah maupun hari raya," katanya.
Langkah ini penting mengingat hari liburan dan hari raya selalu digunakan oleh masyarakat untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat wisata bersama keluarga, kata Ketua DPD PDI Perjuangan NTT ini.
Gubernur Frans Lebu Raya berharap, maskapai penerbangan, baik yang beroperasi dalam wilayah NTT maupun ke Pulau Jawa dan Bali dapat mendukung langkah pemerintah meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTT.
"Tentu ada perhitungan bisnis, tetapi jangan sampai terlalu memberatkan masyarakat," kata Lebu Raya.