REPUBLIKA.CO.ID, BETHLEHEM -- Organisasi kemanusiaan, Bulan Sabit Merah Palestina, mengeluarkan perincian korban kebrutalan Polisi Israel selama 10 hari peningkatan keamanan di kompleks Masjid Al-Aqsha oleh Israel. "Setidaknya 1.090 orang Palestina telah terluka sejak pihak berwenang Israel memasang detektor logam, pintu masuk lain, dan kamera keamanan tambahan di kompleks tersebut setelah serangan meneriakkan di Al-Aqsha pada 14 Juli lalu," dalam laporan yang dilansir Ma'an News, Senin (24/7).
Ratusan orang Palestina telah terluka dalam beberapa hari terakhir, karena bentrokan dan demonstrasi keras atas tindakan keamanan Israel yang baru di kompleks Masjid Al-Aqsha. Pada Senin malam, seorang warga Palestina ditembak di kepala oleh pihak keamanan Israel, saat terjadi bentrokan di kota Hizma, Yerusalem.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan kondisi warga tersebut hingga kini masih dalam kondisi kritis. Angka dari Bulan Sabit Merah Palestina, menunjukkan setidaknya 29 orang Palestina terluka, beberapa di antaranya luka-luka dengan peluru tajam. Setidaknya 374 orang terluka dengan peluru baja berlapis karet.
Sedangkan 471 orang menderita inhalasi dari gas air mata, termasuk 34 orang yang dirawat di rumah sakit. Dan 216 orang diserang secara fisik, dibakar, serta karena lari selama bentrokan dengan pasukan Israel. Terdapat 376 orang luka-luka yang didokumentasikan terjadi di Yerusalem, dengan satu orang Yerusalem terluka dengan tembakan langsung.
Kemudian, 193 orang Yerusalem yang terluka dengan peluru baja berlapis karet. Terdapat 14 orang Yerusalem menderita inhalasi gas air mata yang parah, dan beberapa orang Yerusalem yang diserang dengan ditabrak dan dilindas.
Menurut dokumentasi Ma'an News, tujuh warga Palestina telah tewas sejak 14 Juli, dengan empat orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel. Keempatnya diidentifikasi sebagai Muhammad Mahmoud Sharaf yang berusia 18 tahun, Muhammad Hassan Abu Ghannam (17), Muhammad Mahmoud Khalaf Lafi, dan Yousif Abbas Kashur (24).