REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Partai Zionis, Bayit Yehudi mengecam keputusan otoritas Israel dalam menangani ketegangan di Kompleks Masjid Al-Aqsha. Pemimpin Bayit Yehudi, Naftali Bennet menolak pencopotan utilitas keamanan dari kompleks tersebut.
"Israel jadi lemah dalam krisis ini," kata Bennet dilansir Jerusalem Post, Jumat (28/7).
Sebelumnya, Bennet menolak keputusan kabinet untuk menanggalkan pendeteksi metal. Pada Kamis, ia juga tidak sepakat saat kamera keamanan dan palang penjaga dihapuskan.
"Bukannya mengirim pesan tentang kedaulatan Israel di Temple Mount (sebutan Israel untuk Haram al-Sharif), kabinet malah mengirim pesan bahwa kedaulatan Israel bisa dipertanyakan," kata dia. Bennet menyebut keputusan kabinet berarti 'menyerah'.
Ia menyamakannya dengan kemunduran Israel dari Lebanon selatan pada 2000. Sebagai anggota kabinet keamanan, ia enggan menanggung tanggung jawab kolektif atas putusan. Meski ia juga tidak menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kolega Bennet di partai, MK Bezalel Smotrich juga menyebut otoritas Israel menyerah atas Temple Mount. Ia mengecam Menteri Pertahanan Avigdor Liberman yang mendukung kebijakan itu. Menurutnya, hal memalukan itu seharusnya bisa dicegah.
Kepala partai Buruh, Avi Gabbay menuduh putusan Netanyahu mencopot keamanan di Al-Aqsha karena hal politis. Menurutnya, Netanyahu takut Bennet mengambil alih dukungan untuknya di pihak Kanan.
"Setelah pekan ini, kita tidak perlu jelaskan lagi kenapa kita harus mengganti pemerintahan," kata Gabbay dalam aksi di Tel Aviv, Kamis malam. Publik sudah mengerti bahwa pemerintah saat ini tidak bagus dan mereka adalah alternatif.
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement