REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia Arif Susanto berpendapat, pertemuan SBY-Prabowo dapat disebut sebagai reposisi dalam politik nasional.
Dari sisi SBY, pertemuan tersebut menandakan Demokrat mengambil sikap lebih oposisional setelah dalam banyak isu cenderung mengambil sikap abstain.
"Terutama sejak Pilkada Jakarta, mereka seolah keluar dari zona keraguan yang kerap menghinggapi kepemimpinan SBY. Untuk pertama kali SBY tegas menyatakan 'power must not go uncheck', kekuasaan tidak boleh dibiarkan tanpa kontrol," kata Arif saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (28/7).
Sementara itu, dari sisi Prabowo, pertemuan ini menjadi bagian dari dinamika relasinya yang tidak pernah stabil dengan Jokowi dan partai pendukung pemerintah. S
empat lebih dekat setelah bersaing dengan Jokowi pada Pilpres 2014, Prabowo dan Gerindra kian berseberangan dengan kubu pemerintah pasca Pilkada Jakarta. "Mereka memainkan berbagai medan tempur politik di DPR maupun dalam Pilkada serentak," terang Arif.
Diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Cikeas pada Kamis (27/7) malam. Pertemuan tersebut menghasilkan suatu kesepakatan, yakni untuk meningkatkan kerja sama dan komunikasi kedua partai.